Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tirani Pembangkangan

23 Februari 2020   22:48 Diperbarui: 23 Februari 2020   22:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via Republika

Apakah bermimpi itu salah? Apakah mempunyai cita-cita itu salah? Apakah memilih itu sesuatu yang dilarang? Kalau memang demikian, untuk apa manusia mempunyai slogan "merdeka", jika akhirnya mereka harus mengubur dalam-dalam mimpi, menumpulkan bakat yang melekat sejak lahir. Ketika pengorbanan sia-sia, ketika usaha dipandang sebelah mata, ketika suara-suara dibungkam, maka jangan kaget jika suatu saat ada pemberontakan, pembangkangan, dari mereka yang selama ini dikerangkeng, dipelihara dalam sangkar.

Terkadang iri. Iri melihat mereka yang disupport orangtuanya ketika punya mimpi, punya keinginan. Iri melihat mereka yang difasilitasi dan didukung oleh orangtuanya, ketika sedang berusaha untuk menggapai mimpi mereka. Betapa beruntungnya mereka dilahirkan dengan orangtua yang siap membantu, betapa beruntungnya mereka hidup di dunia. Ada banyak sekali orang-orang kurang beruntung di dunia ini. Mereka tidak bisa berbuat apapun karena faktor kemiskinan, tekanan dari orangtua. Terlebih, mereka harus menuruti segala keinginan orangtua dan mengubur mimpi mereka sedalam mungkin.

Mereka yang dilahirkan secara kekurangan, ditambah dengan tekanan dari orangtua, bagaimana? Bisakah kalian merasakan deritanya? Getirnya hidup karena dipaksa untuk membalas budi kepada orangtua? Melupakan semua mimpi? Mengubur semua angan? Bisakah kalian merasakannya? Orang-orang yang kurang beruntung itu setiap saat mengalami tekanan dalam mental, mengalami pergulatan batin yang luar biasa hebat. Kiranya apa yang melatarbelakangi pengkerangkengan itu? Kebebasan memilih sebagai manusia yang merdeka hanya bullshit, ilusi.

Jiwa-jiwa yang dikerangkeng itu terus memberontak, melakukan perlawanan atas tirani kehendak orangtua. Tapi lagi-lagi mereka kalah, mereka tak kuasa melawan sikap otoriter dari orangtua.

Apakah hidup selalu demikian? Anak dipaksa untuk memenuhi keinginan orangtua? Fantasi orangtua? Nafsu orangtua? Lalu kapankah anak diberikan kesempatan untuk memenuhui keinginannya? Fantasinya? Nafsunya? Ekspektasinya? Bukankah setiap orang bebas untuk memilih? Menentukan masa depannya? Tapi kenapa ada saja orangtua yang merenggut kebebasan anaknya? Tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memilih?

Kalau boleh aku berbicara, aku tidak ingin dilahirkan ke dunia. Memangnya siapa yang ingin hidup di dunia yang fana ini? Hidup dalam belenggu, kerangkeng, otoriter. Persetan! Untuk apa lahir ke dunia tapi tidak diberikan pilihan? Tidak diberikan kebebasan? Cita-cita yang sering ditanyakan oleh guru sejak kecil, tak lebih dari sekedar ilusi.

Banyak orangtua menginginkan anaknya untuk hidup enak, sehingga rela melepaskan idealisme harga mati! Entah, kenapa banyak sekali manusia sialan yang mengejar materi. Hidup enak! Banyak uang! Penampilan keren! Hedonis! Hidup diselimuti kemewahan! Kenapa banyak orangtua yang menginginkan anaknya untuk seperti itu? Tak boleh ada pembangkan dalam keluarga! Tak ada yang boleh melawan nafsu orangtua!

Tuhan! Ah, lagi-lagi Tuhan! Kenapa disaat pikiran buntu, selalu nama Tuhan yang muncul? Padahal Tuhan tak bisa melakukan apa-apa untuk membebaskan belenggu ini. Kenapa? Kenapa selalu Tuhan yang muncul di kepala? Karena Tuhan adalah satu-satunya non entitas yang mendengar tanpa menghakimi. Sesuatu yang selalu dijadikan sebagai pelipur lara, tempat bercerita, tempat pengaduan. Tuhan adalah satu-satunya sesuatu teman manusia di semua keadaan.

Terkadang iri, tapi apa guna? Hidup mempunyai iramanya masing-masing, mempunyai ceritanya masing-masing. Suatu saat dunia akan berguncang, tatkala ada seorang anak kecil yang bersuara lantang! Memprotes tirani orangtua! Mengkudeta pemikiran orangtua! Membebaskan mereka yang terjebak! Mengembalikan mimpi yang selama ini dirampas oleh para orangtua yang bangsat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun