Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradoks Berpikir Manusia

14 Juli 2019   17:48 Diperbarui: 14 Juli 2019   17:54 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by rumahfilsafat.com

Ada banyak cara dilakukan orang untuk tetap bertahan hidup. Termasuk berbohong. Orang yang berbohong tidak pantas untuk mendapatkan kepercayaan, atau kawan. Orang yang berbohong akan memberikan pembelaan atas perbuatan yang merugikan orang lain. Tapi apakah semua orang yang berbohong layak untuk dicaci? Bagaimana dengan mereka yang berbohong demi terlihat baik-baik saja di mata orang lain. Bagaimana dengan mereka yang berbohong agar terlihat kuat walau sebenarnya rapuh.

Apa yang ada di dunia ini, semua hal yang terjadi di dunia ini bagai dua sisi koin. Kamu akan melihat sisi A karena memang berada di depan A. Kamu akan melihat sisi B karena berada di depan B. Dan sangat sedikit orang yang berdiri di antara kedua sisi. Hingga jarang pula ada orang yang benar-benar bijak. Bahkan saking jarangnya, banyak orang percaya bahwa tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak memihak. Netralitas hanyalah omong kosong di segala masa.

Orang-orang mengenal hitam dan putih, benar dan salah, positif dan negatif. Ya, mereka hanya mengenal, dan memilih yang putih, benar, dan positif. Sedangkan hitam, salah, serta negatif, adalah pilihan yang tidak akan pernah mereka pilih. Padahal, untuk membuat warna abu-abu, dibutuhkan sedikit warna hitam. Untuk membuat stabilitas, tentunya membutuhkan sebuah kesalahan. Dan untuk membuat listrik diperlukan sebuah konvensi dari positif ke negatif.

Lantas, atas dasar apa manusia kudu berlandaskan 'yang baik' dalam hidup? Negara membutuhkan investor agar mendapatkan pemasukan. Sedangkan investor menghancurkan habitat flora serta fauna agar bisa memberikan pemasukan ke negara. Dan banyak orang berkata "negara kita membutuhkan investor demi kebaikan rakyat". Jika demi kebaikan, lantas mengapa ada petani yang harus rela dipukuli karena mempertahankan apa yang menjadi haknya? Itulah pokok bahasan saya di dalam tulisan yang sangat singkat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun