Mohon tunggu...
OM Hiro_19
OM Hiro_19 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia. Universitas NUSA CENDANA

Menulis adalah menghidupkan yang mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulang Tahun Salsa dan Pandemi yang Tak Kunjung Usai

6 Maret 2021   14:18 Diperbarui: 6 Maret 2021   14:22 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/alteralchemy

                    

               (catatan_maret Om Hiro)

      Februari makin menua dan dia akhiri tanpa banyak keriuhan. Pucuk maret mulai tumbuh dengan subur, dan maret sebagai bulan yang masuk diam-diam dan seperti sungkan. Setidaknya itu yang dia rasakan. Tunas-tunas muda mulai muncul seperti jamur dimusim hujan. Hadiah berupa kado yang sangat istimewah sudah disiapkan untuk diberikan pada saat hari ulang tahunnya. Dia tak sadar kalau maret meyeretnya makin jauh dan mulai rapuh. Belum lagi usianya yang masih sangat muda, bertanya kabar yang sebelumnya terasa seperti basa-basi dan situasi pandemi menjadi punya arti, mendalam dan membawa banyak konsekuensi. Salsa gadis belia yang pintar dan cerdas, akan meyelesaikan studinya bulan depan di salah satu sekolah terkenal di ibukota.

      Pagi ini ketika ia hendak kesekolah, gerimis turun seperti tergesa-gesa dan tak lama gerimis pun sirna. Rupanya bumi sedang dibasuh dan diberi kesempatan untuk menumbuhkan hal-hal baru dan juga usia baru terutama hal baik  dari gerimis dan hujan yang tak kunjung padam. Kesegaran udara yang muncul setelah gerimis yang tergesa- gesa membuat pagi terasa berbeda.

Salsa pun sadar kalau hari ini tak jadi ke sekolah, karena sekarang lagi pandemi jadi salsa sekolah dari rumah, tidak boleh tatap muka. Seperti itulah kebijakan pemerintah, yang kadang tak terarah hilang ditelan dusta.

      Seminggu kemudian ketika tiba saatnya, tak ada satupun ucapan selamat ataupun kado yang datang. Hari itu tepatnya hari minggu, 8 maret 2021 menjadi sejarah isak tangis dan rasa sedih yang menumpuk di hati gadis itu. Sungguh malang nasibnya. Seperti mawar yang berguguran dan melati yang layu ditaman. Bertambah kisah sedih dua bulan  lalu ketika ayah dan ibunya meninggal karena serangan jantung,tetapi dokter memvonis sebagai pasien yang meninggal karena virus corona. hatinya makin hancur seperti dicabik-cabik belati. Salsa seorang diri, hati kecil menari di sepanjang kelopak matanya yang ranum, mencoba menyusuri malam gelap yang tak berbatas. Hari yang istimewa serasa biasa-biasa saja.

      Lima belas tahun berselang Salsa tumbuh sebagai gadis cantik yang cerdas. Seperti bunga yang tengah bermekaran dan menarik kupu-kupu untuk hinggap padanya. Menikah dan punya keluarga bahagia adalah doa yang tak pernah usai dipanjatkanya, seperti sepi yang tersembunyi diapun sadar jika sendiri lebih terasa berarti. Kamis pagi lamaran pertama diajukan pada sebuah perusahan sewasta, namun hasilnya sama saja. Lamaran kedua lagi lagi ditolak dengan alasan yang tak jelas. Beginilah jika tak punya orang dalam, gumamnya dalam haati. Salsa baru saja melalui minggu yang berbeda, dua bulan berturut dia lewati tanpa riuh-rendah dan keramaian seperti layaknya remaja pada umumnya. Sendiri dibalut sepi dan hujan yang nampak sia-sia, selepas senja mengantar malam . Salsapun mulai menekuni dunia musik.

      Malam-malam panjang dilantunnya lagu pembangunan dengan tempo lambat menghambat petikan kedua pada tali gitarnya yang hampir putus. Kunci minor tak pernah dimainkanyan lantaran nada yang dipilihnya tak pernah sampai pada bunyi yang maksimal. Ingin dipecahkannya gitar itu, namun hanya akan sia-sia dan tak ada lagi teman dikalah gerimis, menghabiskan secangkir kopi dan lagu-lagu penyesalan mulai berdarah lagi. Bertahun kemudian, ketika Salsa sudah menjadi penyanyi terkenal, albumnya laris manis dipasaran, dan begitu banyak orang yang senang menikmati lagu-lagunya, Salsa justru memilih berhenti menyanyi. Dari semua lagu ciptaanya tak ada satupun bertema perlawanan.

     

       Salsa sadar bahwa segelas kopi bernada do re mi akan selalu punya arti dibanding janji sunyi yang bergema di sudut hati, belum lagi harta yang berlipat ganda belum tentu membawahnya ke puncak bahagia. Sama halnya menari-nari dipesisir pantai dengan mata tertutup dan dengan gelombang yang tinggi menghimpitnya dari dua sisi. Baginya, ulang tahun hanyalah menjadi hal terburuk untuk cepat tua. Semoga saja april tidak membuatnya menggigil lebih lama, hanya saja ia masih nyaman dengan pandemi, yang melarutkan segala rasa sampai ketitik terendah. Termasuk cinta yang baginya hanyalah fatamorgana dan angan belaka.

Sampai akhirnya Salsa diangkat untuk menjadi putri istana.........

(remang-remang ibu kota)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun