Mohon tunggu...
HilmyAnis
HilmyAnis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membagikan berbagai tulisan sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Harus Sekarang

13 Februari 2024   11:20 Diperbarui: 13 Februari 2024   11:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu Rara asik menelusuri dunia maya. Mulai dari postingan liburan selebgram, kontroversi anak artis, foto meme yang menggelitik, hingga berbagai promo belanja online. Siapa yang tidak betah menjelajahi dunia padahal hanya rebahan semata. Diusianya yang menginjak remaja, ia mudah sekali tergoda untuk mengikuti tren yang sedang ramai memenuhi beranda. 

Waktu itu, bermunculan video tren membuat makanan dengan mencampurkan berbagai bahan agar menciptakan rasa baru. Tentu saja Rara tertarik untuk mencobanya. Ia langsung berlari mencari ibunya,

"Ibu! Ibu! Ayo kita cobain makanan ini, sepertinya enak!" ajak Rara penuh semangat. 

Ibunya melihat video yang Rara maksud, lalu tersenyum melihat Rara yang begitu antusias, dan menjawab dengan tenang, "Iya nanti kita beli ya."

"Ayo sekarang saja Bu! Aku sudah ga sabar pengen cobain!" bujuk Rara sambil menarik-narik lengan ibunya.

"Yaudah ayo siap-siap dulu," jawab Ibunya yang akhirnya luluh, ia tidak ingin melihat anak kesayangannya cemberut.

"Asikk! Terimakasih Bu!" balas Rara langsung berlari ke kamar.

Mereka berdua langsung melaju mencari toko penjual makanan yang dimaksud. Sangat disayangkan, siang itu kota metropolitan penuh dengan kendaraan. Asap bahan bakar bercampur menjadi satu dengan hawa panas. Tidak ada satu orang pun yang tahan dengan kondisi udara seperti itu.

Sialnya, rasa antusias Rara mulai memudar. Ia merasa sebal dengan macet yang tak kunjung ada ujungnya dan udara yang sumpek. Dia hanya bisa melihat keluar sambil membayangkan betapa enaknya ia bisa mencoba makanan itu. Pasti rasanya manis, dingin, dan penuh dengan coklat. Memang tidak salah mengidolakan coklat sedari dulu.

"Mau sampai kapan sih macetnya?! Keburu habis nanti," sambat Rara penuh amarah.

"Sabar sayang, yang punya keperluan ngga kamu aja," balas ibunya dengan nada yang mencoba menenangkan Rara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun