Mohon tunggu...
Hilmi Damayo
Hilmi Damayo Mohon Tunggu... Mahasiswa

tidak ada deskripsi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bruno Latour: Aktor-Jaringan

7 Oktober 2025   19:59 Diperbarui: 7 Oktober 2025   19:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 2020 tepatnya saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP, kehidupan saya berubah secara drastis dan sangat terasa karena pandemi COVID-19 mulai memasuki Indonesia pada bulan maret 2020. Semua aktivitas belajar dan mengajar yang sebelumnya di sekolah secara langsung (luring) tiba tiba harus berpindah menjadi pembelajaran secara daring. Saat itu saya masih bingung dan terus bertanya-tanya "sekolah daring gimana sih?". Saya bingung karena belum terbiasa belajar lewat layar laptop atau ponsel. Tidak hanya saya dan teman-teman saya juga yang bingung namun beberapa guru ada yang bingung bagaimana cara menggunakan aplikasi seperti Zoom, Google Classroom, dan WhatsApp Group sebagai sarana pembelajaran daring. Perubahan ini tidak hanya mengubah cara kami belajar, tetapi juga mengubah cara kami berinterkasi dan berkomukasi menggunakn aplikasi tersebut.

Jika pengalaman saya ini dilihat melalui Teori Aktor Jaringan dari Bruno Latour, maka sistem pembelajaran atau sekolah daring merupakan contoh nyata dari terbentuknya jaringan sosial yang melibatkan banyak aktor, baik manusia maupun nonmanusia. Dalam teori Latour setiap hal yang berperan pada pengalaman atau peristiwanya tidak hanya manusia, tetapi bisa saja benda, teknologi, dan sistem disebut sebagai aktor, karena semua memiliki kemampuan mememengaruhi tindakan. Di dalam kasus saya yang menjadi aktor-aktornya meliputi siswa, guru, aplikasi daring, jaringan internet, ponsel, laptop bahkan listrik dan kebijakan pemerintah tentang adanya sistem pembelajaran secara jarak jauh atau daring. Semua aktor tersebut saling terhubung dan menjadi penentu keberhasilan proses belajar saya selama pandemi COVID-19. 

Sebagai contoh ketika sinyal internet di rumah saya lemah, hal ini membuat saya kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring. Di sini internet menjadi aktor yang digunakan untuk menunjang aplikasi seperti zoom dan google classroom. Aplikasi itu juga berperan menjadi aktor dalam menghubungkan antara siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung. Guru tidak hanya menjelaskan namun guru juga bisa mengirimkan file materi agar siswa dapat juga membaca. Hal ini menunjukan bahwa teknologi juga memiliki agensi, kemampuan untuk bertindak dan mengubah pola perilaku interaksi antara guru dan siswa. Dengan kata lain belajar selama pandemi tidak bisa dijelaskan hanya dari guru dan siswa, tetapi dari jaringan kompleks antara manusia dan non-manusia.

Seiring berjalannya waktu saya memasuki jenjang SMA pembelajaran kembali dilakukan secara luring. Namun kebiasaan belajar daring tidak sepenuhnya hilang justru aplikasi yang digunakan saat pembelajaran daring seperti google classroom dan zoom masih digunakan dan dmanfaatkan untuk tempat pengumpulan tugas, hal ini juga dapat mempermudah guru dalam menilai hasil tugas yang telah dikerjakan siswannya. Srprti ini juga menunjukan bahwa sistem pembelajaran daring dapat digabungkan dengan pembelajaran luring. Dalam pandangan latour, hal ini menunjukan bahwa bagaimana jaringan sosial bersifat dinamis menyesuaikan keadaan saat ini menyesuaikan konteks dan kebutuhan.

Dari pengalaman ini saya memahami bahwa teori Bruno Latour relevan untuk menjelaskan kehidupan modern. Pandemi COVID-19 mengajarkan bahwa dunia sosial tidak bisa dijauhkan dari teknologi. Pengalaman saya saat belajar pada masa pandemi menunjukan bahwa pendidikan adalah hasil dari kerja sama banyak aktor dalam satu jaringan.

Bruno Latour (1947–2022) adalah seorang filsuf, antropolog, dan sosiolog Prancis yang dikenal luas karena kontribusinya pada studi ilmu pengetahuan dan teknologi (STS), serta pencetus Teori Aktor-Jaringan (Actor-Network Theory, ANT) yang menyoroti hubungan kompleks antara manusia dan non-manusia dalam membentuk realitas sosial. Karya-karyanya mengkritik pemisahan antara alam dan budaya serta menekankan agensi objek non-manusia dalam interaksi sosial.

Bibliography

Latour, B. (2005). Reassembling the Social: An Introduction to Actor-Network-Theory. Oxford University Press. 

Fala, A., Ekomadyo, A. S., & Prasetyo, E. B. (2022). Transforming architecture learning into community service: Reflection on the design of Banongan ponds and Islamic boarding schools with actor-network theory. Journal of Architectural Research and Education, 4(1), 1–13. https://doi.org/10.17509/jare.v4i1.44332

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun