Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Kanjuruhan dan PR Buat PSSI

2 Oktober 2022   18:51 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:53 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun begitu, perilaku agresif dari kelompok suporter liga 1 memang kerap terjadi, dan jika bukan ekspresi kekecewaan ditujukan kepada pemain dan pihak manajemen, pasti dilancarkan pada suporter lawan. 

Dua hal ini, hingga kini tetap menjadi problem bagi sepak bola tanah air. Untuk itu, respon terhadap agresifiitas suporter, setidaknya pihak penyelenggara Liga: PT LIB dan PSSI harus mencari formulasi yang tepat agar kejadian-kejadian memilukan di dalam stadion dapat teratasi, sehingga masa depan  sepak bola Indonesia lebih baik seperti di negara-negara Eropa maupun Amerika Selatan.

 

Sanksi Berat

Tragedi sepak bola bukan hanya terjadi di Indonesia, jauh sebelum sepak bola Indonesia berkembang. Di berbagai negara, kejadian memilukan pada pertandingan sepak bola kerap terjadi. 

Namun, dari peristiwa kekerasan dapat diatasi dengan baik sehingga sepak bola dapat berkembang dengan baik. Seperti yang dilakukan Margareh Teacher, Perdana Menteri Inggris, setelah tragedi Heysel di tahun 1985, ketika suporter Liverpool dengan bringas menyerang suporter Juventus pada laga final piala Champions yang menelan korban jiwa, sedikitnya 39 penonton dari Italia tewas.

Dari tragedi Heysel, Margareh Teacher akhirnya turun tangan memerangi kelompok suporter yang berperilaku agresif. Perhatiannya memberi dampak posiitif  bagi sepak bola Inggris. 

Sebab, sepak bola Inggris yang awalnya dicitrakan buruk, karena ulah dari kelompok suporter mengatasnamakan Hooligan, perlahan-lahan mulai berubah, lantaran peran penting Margareh Teacher.

Nah, untuk sepak bola tanah air, setidaknya PSSI harus mengambil langkah tegas terhadap kelompok suporter yang kerap berperilaku agresif di dalam maupun di luar stadion ketika berlangsungnya sebuah pertandingan. 

Setidaknya harus memberi sanksi tegas kepada klub jika kelompok suporter berulah dan menghadirkan citra buruk terhadap sepak bola tanah air. Seperti sanksi yang dijatuhkan kepada dirigen Aremania, Yuli Sumpil pada gelaran liga 1 2018 lalu, dengan larangan mendatangi stadion di seluruh wilayah Republik Indonesia seumur hidup.

Jadi, sanksi tegas bukan hanya diberikan kepada kelompok suporter, melainkan kepada klub. Seperti menjatuhkan sanksi tegas kepada tim liga 1 yakni degradasi ke liga 2, jika kelompok supporternya kerap melakukan tindakan agresif di dalam lapangan, begitupun juga dengan tim liga 2 dan tim liga 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun