Who Hurt You? My Own Expectations
"Siapa yang nyakitin kamu?"
"Ekspektasi aku sendiri."
Percakapan singkat itu mungkin terasa seperti lelucon, tapi dalam hidup, kalimat itu adalah kenyataan yang terlalu sering terjadi. Kita sering kali kecewa bukan karena orang lain benar-benar jahat, melainkan karena kita menaruh harapan terlalu tinggi.
Entah itu dalam hubungan, pertemanan, pekerjaan, bahkan sekadar menonton film yang trailernya terlihat menjanjikan, ekspektasi bisa menjadi jebakan. Kita membayangkan yang indah-indah, lalu ketika realita muncul, rasanya seperti ditampar keras oleh kenyataan.
Dan lucunya, kita tetap mengulang pola yang sama. Seakan-akan lupa kalau ekspektasi yang berlebihan seringkali berakhir jadi sumber luka.
Ekspektasi dalam Hubungan: Drama yang Tak Pernah Usai
Kita semua pernah berharap terlalu manis dalam hubungan. Misalnya, berharap pasangan akan selalu peka, selalu romantis, selalu mengerti tanpa perlu diberitahu.
Nyatanya? Kadang pesan kita di read doang. Kadang janji manis hanya tinggal janji. Kadang yang kita kira "the one" ternyata cuma "the one who teaches us a lesson."
Ekspektasi dalam cinta itu seperti nonton sinetron, kita berharap ending bahagia, tapi yang muncul justru plot twist menyakitkan. Dan akhirnya, bukan dia yang paling bikin sakit hati, tapi bayangan kita sendiri tentang "seharusnya dia begini."