Kata Siapa Branding Diri Itu Gimmick? Itu Strategi Hidup, Bukan Lawan Low Profile
Kita hidup di era di mana satu unggahan bisa membuka pintu rezeki atau mempermalukan kita seumur hidup. Generasi Z paham betul cara kerja dunia maya, estetik, kontenable, dan tentu saja, terlihat effortless. Tapi di balik segala tren "low profile" ala akun yang isinya cuma pemandangan dan kopi hitam, ada satu pertanyaan yang menggantung di antara eksistensi dan algoritma, branding diri itu penting nggak sih, atau kita harus tetap misterius dan diam-diam sukses seperti ninja startup?.
Branding Diri Bukan Flexing, Tapi Menyampaikan Nilai
Banyak orang salah kaprah menganggap personal branding sebagai ajang pamer. Padahal, branding bukan soal memamerkan pencapaian tiap lima menit, tapi soal mengelola citra diri agar ketika orang lain melihatmu, mereka tahu kamu bukan "random netizen".
Personal branding adalah cara halus tapi strategis untuk menunjukkan siapa kita, apa keahlian kita, dan apa nilai yang kita tawarkan. Sama seperti CV, tapi versi digital dan tidak seformal itu. Misalnya, kamu jago desain? Tampilkan proses kerjamu, bukan cuma hasil akhirnya. Suka public speaking? Bikin video singkat berdurasi satu menit yang padat dan berkarakter.
Sementara "low profile" kadang jadi tameng nyaman untuk tidak melakukan apapun dan berharap semesta peka. Sayangnya, semesta sibuk. Dan HRD juga nggak punya indra keenam.
Dunia Sudah Terlalu Ramai: Kalau Kamu Diam, Kamu Tenggelam
Kita hidup di dunia penuh noise, semua orang bicara, semua orang tampil, dan semua orang ingin didengar. Jadi kalau kamu masih berpikir "diam itu emas" pastikan dulu kamu bukan sedang dipendam dunia karena nggak kelihatan potensimu.
Low profile itu sah-sah saja, asal dibarengi dengan high impact. Tapi seringkali, alasan orang menolak mem-branding diri bukan karena idealisme, tapi karena takut dinilai, takut dianggap cari perhatian, atau takut gagal. Padahal, yang lebih menakutkan adalah punya potensi tapi tidak pernah diketahui siapa pun.
Ingat, bahkan karya sebrilian apapun butuh panggung. Dan kadang, kamu harus jadi manajer dari 'diri publik' milikmu sendiri. Bukan demi viralitas, tapi agar dunia tahu siapa yang bisa mereka percaya saat peluang datang.