Tumbuh dan dididik dalam nilai-nilai Kristiani membuat saya merasa bahwa menjadi Pendeta atau mendalami Alkitab merupakan "panggilan". Panggilan ini yang berarti adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri untuk menjadi pelayan Tuhan.Â
Lalu, dengan sekolah dan bergaul dengan lingkungan yang bervariasi dan sekuler, memberikan pandangan bahwa untuk menjadi pelayan Tuhan diharuskan untuk menjadi manusia yang "sempurna". Pelayan Tuhan dituntut untuk menjadi selalu benar, tidak tercela, dan tidak pernah salah. Hal ini membuat saya sangat takut dan denial terhadap panggilan Tuhan.
Keputusan untuk belajar Teologia membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya hati ini bertekad untuk mengambil studi Teologia. Keputusan yang cukup menakutkan, tapi juga terasa benar dan tepat untuk jalan hidup saya pada waktu yang sama.
Pada 29 September 2025, kelas pertama untuk mata kuliah Formasi Spiritual Pentakosta, dosen kami (Bapak Billy Steven Kaitjily, M. Th.) mengundang salah satu Pendeta yaitu Pdt. Yosua. Kata sambutan yang Beliau sampaikan benar-benar memberkati dan meneguhkan hati saya.Â
"Bukan kita (manusia) yang memilih jalan ini (menjadi pelayan Tuhan), tapi Tuhan yang memilih kita. Tuhan tidak akan setengah-setengah dalam melakukan suatu perkara, sehingga ketika Tuhan memilih kita, Ia akan mencukupi, melengkapi, dan membimbing kita seutuhnya dan seluruhnya," kata Pdt. Yosua.
Perkataan tersebut saya yakin merupakan peneguhan yang Tuhan berikan kepada kami semua, terutama saya, lewat Pdt. Yosua. Pemahaman saya selama ini bahwa menjadi pelayan Tuhan merupakan "panggilan dalam diri" seakan-akan berbelok menjadi bahwa pelayan Tuhan adalah "dipanggil oleh Tuhan".Â
Pdt. Yosua kembali mengatakan bahwa, "Tidak ada pekerjaan lebih indah daripada bekerja untuk melayani Tuhan. Bertekun dalam pelayanan ini merupakan suatu hal yang damai karena Tuhan pasti pelihara".
Indah menjadi pelayan Tuhan, karena sekali lagi ditekankan bahwa kita ini, sebagai pelayan Tuhan, merupakan seseorang yang dipanggil oleh Tuhan, dengan kata lain, dipanggil oleh Tuhan sama saja dengan dipilih Tuhan.Â
Betapa indah dan luar biasanya menjadi pelayan Tuhan. Siapa kita ini? Punya apa kita dibandingkan Tuhan yang Sang Maha Kuasa, yang notabene nya memiliki seluruh isi dunia?Â
Dengan segala ketidaksempurnaan dan ketidakpunyaan kita ini, ternyata Tuhan - Sang Maha Besar - itu memilih kita, menunjuk kita secara pribadi untuk menjadi pelayannya. Sudah ditunjuk dan dipilih langsung, dipelihara pula, dibimbing dan dicukupi pula. Betapa luar biasanya Tuhan.Â
Berdasarkan perkataan Pdt. Yosua pada malam itu, membuat saya tersadarkan bahwa ternyata panggilan ini bukanlah dorongan atau keinginan atas diri sendiri. Panggilan ini merupakan dorongan dari Roh Kudus yang pada dasarnya adalah panggilan dari Tuhan.Â
Tuntutan dari lingkungan bahwa menjadi pelayan Tuhan diharuskan menjadi seseorang yang "sempurna" juga pada akhirnya terjawab. Bahwa tidak akan mungkin kita sebagai manusia menjadi sempurna dan tidak bercacat cela.Â
Namun, dengan menjadi pelayan Tuhan dimana tugas kita yaitu melayani Tuhan dengan cara melakukan perintah-perintahnya. Hal-hal yang kita lakukan untuk melakukan perintah Tuhan pasti tentunya akan dibantu dan didampingi oleh Tuhan.
Dalam pelayanan yang tulus dan sungguh-sungguhlah Kuasa Tuhan yang sempurna tersebut akan terpancar. Sehingga, bukan kita yang akan terlihat sempurna, tapi Tuhan lah yang akan semakin dikenal lewat pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan.
Pada akhirnya, pribadi Tuhan yang sempurna yang diharapkan akan terpancar dalam kehidupan kita semua.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI