Tantangan menuju Pendidikan sebagai gerakan semesta
Penulis berpendapat terdapat beberapa hal yang bisa menjadi tantangan dalam menciptakan pendidikan sebagai gerakan semesta. Hal ini tentu penting untuk ditindaklanjuti, karena jika dibiarkan akan berpotensi menimbulkan hambatan yang sangat berarti. Oleh karena itu, tidak lengkap rasanya jika hanya membahas hal yang diperlukan dalam menciptakan pendidikan sebagai gerakan semesta tanpa mempertimbangkan tantangan yang mesti dihadapi.
Menjadikan sekolah sebagai Taman
Sekolah sebagai taman adalah pemikiran yang pernah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara dan perlu kita gaungkan kembali di era moderen seperti sekarang. Layaknya sebuah taman, siswa akan betah berada di dalamnya karena bisa belajar dan bermain secara menyenangkan. Untuk mencapai hal ini, Bapak Pendidikan Nasional telah lama mengingatkan kita bahwa pendidikan seyogyanya harus mampu memanusiakan manusia melalui konsep penguasaan diri. Melalui konsep ini, setiap orang di dalamnya akan memiliki perasaan merdeka, keleluasaan berpikir, berani mengambil keputusan, dan menjaga martabat kemanusiaannya. kebebasan berpikir dan berimajinasi hanya bisa tercipta tatkala ia berada di sebuah lingkungan pendidikan yang nyaman, sehat, damai, indah, penuh keakraban, dinamis, dan harmonis layaknya taman.
Jika sekolah dipenuhi dengan lingkungan yang tidak mengenakkan, pembelajaran yang tidak menarik minat siswa, banyak menonjolkan hukuman dan sisi negatif lainnya, bagaimana mungkin akan timbul perasaan merdeka dalam diri siswa. Akhirnya, siswa akan merasa berat untuk setiap kali datang ke sekolah sehingga secara psikologis mampu menyurutkan daya berfikir siswa. Inilah tantangan yang harus kita hadapi bersama.
Membendung kenakalan remaja
Krisis multidimensional 1998 telah berdampak pada berbagai bentuk kenakalan remaja yang kini kita rasakan. Jika hal ini tidak disikapi secara serius oleh kita semua, maka upaya menyukseskan pendidikan di tanah air akan berjalan lambat. Inilah yang menjadi tantangan sekaligus tugas bersama baik pemerintah, sekolah, orang tua dan masyarakat dalam membendungnya.
Bagi pemerintah, perlu kerjasama lintas sektor yang baik agar kenakalan remaja bisa diminimalisir. Sebagai contoh, Badan Narkotika Nasional sebagai ujung pelaksana penegakan hukum atas  peredaran dan konsumsi narkoba memiliki peran yang vital dalam membendung kenakalan remaja semacam ini. Selain itu, kerjasama lintas sektor dengan Kementerian perindustrian dan perdagangan, disperindag di level daerah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan perlu dioptimalkan dalam menurunkan jumlah remaja yang tersentuh minuman keras.
Sedangkan dalam lingkup sekolah, dapat dilakukan berbagai kegiatan yang sifatnya sebagai pembekalan sekaligus mencegah aksi kenakalan. Contoh yang bisa dilakukan ialah melalui kegiatan pembekalan agama dalam bentuk mentoring, ceramah rutin dan optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, sekolah juga perlu sesekali melakukan sidak sebagai upaya pengawasan.
Pemanfaatan Teknologi secara bijak