PEMILU
KEMARIN, KINI, DAN NANTI
Pemilu serentak yang dilaksanakan 17 April 2019 lalu masih menyisakan persoalan multidimensi yang menyita perhatian penyelenggara pemilu, masyarakat dan seluruh pihak-pihak terkait. Persoalan pemilu yang muncul tidak berhenti pada persoalan teknis ke pemiluan, seperti pemungutan suara ulang (PSU), pemungutan suara lanjutan (PSL), dan pemungutan suara susulan (PSS).
Rumitnya persoalan pemilu itu sampai menimbulkan korban penyelenggara pemilu, Banyaknya petugas Pemilu Serentak 2019 meninggal dunia dan yang sakit dalam jangka menjalankan tugas pemilu. Hal ini tentu menjadi persoalan serius pada pelaksanaan pemilu serentak dengan segala kompleksitas masalah yang muncul jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya yang dilaksanakan terpisah.
Desain pemilu perlu dievaluasi dengan salah satu fokus mengurangi beban kerja kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), dan juga Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS). Salah satu alternatif adalah sistem E-voting[1], pemilihan yang berbasis elektronik. Tidak menggunakan cara manual seperti sekarang. Dengan sistem e-voting, tahapan pemungutan dan penghitungan suara bisa lebih cepat. Sistem itu juga mengurangi risiko kelelahan para petugas. Hasil pemungutan suara pun lebih cepat diketahui. ”Dengan teknologi, prosesnya akan ebih cepat, efektif, dan efisien,”
E-voting memang tak hanya bicara teknologi canggih, efisiensi biaya, efektivitas demi sebuah status demokrasi digital, tapi lebih jauh dari itu soal kepercayaan publik. Sistem yang mengandalkan pendataan, pengambilan, dan penghitungan suara dengan cara elektronik ini memang masih meninggalkan jejak kelemahan, selain beberapa dampak positif. Serta lebih mempermudah dan mempercepat proses penghitungan suara sehingga bisa meminimalisasi jatuhnya korban.
Begitupun Pemilu di Wilayah Lokal Kota Tangerang Selatan, Perlu adanya pembenahan dan evaluasi terhadap persoaln teknis Pemilu yang ada. Hal teknis kepemiluan ini bisa melihat pada embrio di ranah kepemimpinan Mahasiswa/Universitas yang ada di Kota Tangerang Selatan.
UIN Jakarta salah satu Univeritas di Kota Tangerang Selatan telah melakukan pemilihan Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)/Dema (Dewan Eksekutif Mahasiswa) dengan Menggunakan E-Voting. Praktik E-voting di UIN Jakarta dalam pelaksanaan pemilu raya di Universitas adalah hal yang baru. Meskipun masih banyak kekurangan, akan tetapi ini adalah langkah untuk melakukan lompatan-lompatan besar untuk mrespons terhadap tantangan jaman yang semakin maju. tekhnologi semakin canggih, masyarakat juga semakin cerdas. Jadi sudah sepantasnya pemilu dilakukan berbasis e-voting. Agar pemilunya berjalan dengan simpel, berbiaya murah, dan cepat tanpa menghilangkan transparansi dan akuntabilitas.