Sungguh udara Jakarta saat itu tidak panas menyengat, bahkan cuacanya cerah dan sesekali ditemani tiupan angin yang menyegarkan. Padahal sebelumnya dari pihak BMKG sudah memprediksi akan terjadi hujan lebat, bahkan kami mendapat info dimana dari pihak mereka sudah menyebar garam di udara supaya turun hujan, ditambah kekuatan mistik para dukun diturunkan supaya terjadi hujan. Namun, atas kuasa Allah SWT ternyata makar mereka tidak terjadi, hujan tidak turun yang ada sebaliknya, cuaca Jakarta saat itu cerah dan matahari tidak menyengat.
Dari siang hingga Maghrib aksi berjalan sangat damai, bahkan ada kejadian yang menarik ketika ada sepasang pengantin nasrani yang akan melaksanakan pernikahan di Geraja Katedral, mereka terjebak dalam jutaan masa aksi. Namun apa yang terjadi, ternyata perserta aksi membukakan jalan untuk mereka lewat, bahkan peserta aksi mengingatkan calon pengantin perempuan supaya hati-hati dengan gaunnya supaya tidak kotor. Apakah sikap seperti ini yang disebut intoleran, radikal, dan makar ? Sungguh bagi siapa saja yang masih memiliki akal yang waras pasti akan menjawab bahwa ini merupakan sikap toleransi yang sesungguhnya, karena toleransi tidak cukup hanya untuk diteorikan, ataupun terus diiklankan, bahkan diseminarkan dengan menghambur-hamburkan uang dan waktu, hingga tebar pesona kemana-mana seolah-olah dirinya paling toleran. Tetapi, toleransi perlu bukti yang nyata, bukan hanya tebar pesona kemana-mana namun tidak ada pengamalan yang nyata di lapangan.Â
Suasana aksi tersebut berubah setelah waktu Isya. Dikarenakan ada sekelompok kecil massa yang melakukan provokasi, luar biasanya ternyata para laskar dari Front Pembela Islam pun pasang badan membuat barisan untuk melindungi blokade polisi. Habib Rizieq yang berada di mobil komando terus memberikan intruksi untuk tetap tenang dan jangan terpancing emosi.
Namun anehnya, bukannya mengisolasi ataupun meringkus para provokasi, polisi malah menembakkan gas air mata. Bukan hanya kepada provokator, tetapi gas air mata itu dengan brutalnya ditembakkan kepada peserta aksi termasuk mobil komando. Entah siapa yang memberikan komando aparat, pada saat itu aparat menembakkan gas air dengan brutalnya kepada para peserta aksi. Motor polisi pun meraung-raung dan menggilas beberapa peserta aksi. Habib Rizieq tetap menyerukan peserta untuk melawan dengan diam, dan Habib Rizieq memimpin do'a saat situasi memanas.
Menariknya, ketika polisi mengarahkan tembakan gas air mata ke mobil komando, atas kuasa Allah SWT angin pun berhembus membelokkan gas tersebut ke arah polisi dan para petinggi pemerintah yang ada dalam pagar istana. Â Sungguh penulis selalu meneteskan air mata ketika melihat tayangan brutalnya aparat dalam membubarkan peserta aksi, terutama penulis mengkhawatirkan keselamatan yang mulia al-Habib Muhammad Rizieq Shihab.
Coba bayangkan dalam kondisi umat berkumpul, berdesak-desakan, dalam kondisi lelah, lapar, haus, dan kurang oksigen kemudian dilemparkan gas air mata. Dengan kondisi tersebut, secara logika mungkin akan ada ribuan peserta aksi yang meninggal. Akal sehat manapun tidak bisa membenarkan, dikerumunan manusia jutaan, dilemparkan gas air mata bukan hanya satu dua, tapi dibrondong. Tentu ini tindakan aparat yang sangat brutal, sangat biadab, sangat kejam dan sangat keji. Kalau tanpa pertolongan Allah SWT mungkin ribuan yang sudah mati.
Coba sekali lagi bayangkan, jutaan orang sedang berkumpul, desak-desakan, jangankan untuk lari, gerak kanan kiri saja mereka tidak bisa, ditambah mereka lapar dan haus, mereka kehabisan tenaga dan kekurangan oksigen, dalam kondisi yang sangat lemah sekali. Dalam situasi seperti itu seandainya ditembakkan gas air mata satu saja tentunya sudah mematikan, bagaimana kalau ini dibrondong. Udah gitu ditembakkan gas air mata dengan kadar very strong, dalam UU International sebenarnya itu tidak boleh. Gas air mata dengan kadar very strong itu bukan untuk pembubaran, tetapi pembunuhan masal.
Sungguh saya sangat big respect khususnya kepada keberanian al-Habib Muhammad Rizieq Shihab dalam memimpin aksi saat itu, keberanian dan semangat ruhul jihad beliau mampu membangkitkan semangat umat dalam membela agama. Seandainya bukan karena Habib Rizieq, siapa yang akan memimpin selama Aksi Bela Islam ? Yaa Habibana, mudah-mudahan suatu saat saya bisa mewujudkan salah satu impian saya untuk bisa menjadi santri-mu, Amiin.
Sungguh setelah tragedi Aksi Bela Islam 411 berlangsung, kejadian tersebut semakin membuka mata hati saya untuk bisa melanjutkan perjuangan para Ulama akhirat dalam membela Allah dan Rasul-Nya. Mereka korbankan keluarga, pikiran, tenaga, harta bahkan nyawa. Setelah kejadian tersebut, saya semakin cinta dan tidak mau jauh-jauh dengan para 'Alim Ulama akhirat.Â
Karena Ulama akhirat akan selalu beramal dengan ilmunya, dan itu berbeda dengan ulama dunia yang menggadaikan akhirat demi kepentingan dunianya. Para Ulama akhirat akan senantiasa mengetuk pintu langit dalam setiap do'anya. Bukan sebaliknya, mengetuk pintu para penguasa untuk menjadi penjilat dunia demi kepentingan perutnya.
Maka sudah sepantasnya para Ulama dengan keilmuan yang dimilikinya menjadi garda terdepan dalam membela kemuliaan al-Qur`an, dan umat akan mengikuti di belakangnya. Para ulama akhirat tidak pernah menyembunyikan hukum-hukum Islam yang ditanyakan kepada mereka, baik dalam masalah-masalah keumatan, masalah-masalah kenegaraan, maupun masalah-masalah yang menyangkut perilaku para penguasa.