Mohon tunggu...
Hidayat Harsudi
Hidayat Harsudi Mohon Tunggu... Akuntan - The Accountant

Tinggal di Kota Makassar - Auditor, Pemain Musik, dan Penikmat Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bayar Parkir atau Beri Sumbangan?

14 Desember 2016   21:24 Diperbarui: 14 Desember 2016   23:10 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minimarket yang ada di Kota makassar menyediakan tempat parkir gratis untuk para konsumennya. Kenyamanan berbelanja yang ditawarkan sangat diminati  oleh sebagian besar kaum urban. Jenis barang yang heterogen, tempat belanja yang bersih, serta berbagai kenyamanan lainnya membuat konsumen betah belanja di tempat ini.

Akan tetapi, beberapa hal sering membuat konsumen tidak betah berbelanja seperti harga di kasir yang kadang lebih tinggi dibanding harga di rak dan terdapatnya parkir liar. Tulisan ini tidak akan membahas tentang disparitas harga antara rak dan kasir akan tetapi akan fokus kepada parkir liarnya.

Hari itu saya mendapat telepon dari orang tua di kampung untuk menjenguk kakek saya yang baru dioperasi. Karena tidak enak rasanya menjenguk orang sakit tanpa membawa sesuatu di tangan maka saya mampir di salah satu minimarket dekat kampus saya. Motor saya parkir di depan pintu minimarket tersebut. Pas memasuki minimarket tersebut saya langsung disambut baik oleh karyawannya. Rak demi rak saya telusuri untuk mencari barang yang saya inginkan. Setelah mendapatkan barang tersebut, saya langsung membayarnya dan keluar dari minimarket tersebut.

Wajah yang serasa ingin memeras sekaligus meminta belas kasih saya dapatkan pas keluar dari minimarket itu.  “Parkir bos” kata orang itu. Saya pun bertanya “mana tiket parkirnya?”. Orang itu tidak menjawab. Satu lembar uang dua ribu rupiah terpaksa saya berikan kepada orang itu lantaran merasa terancam. Di dekat saya ada karyawan minimarket. Saya tanya “Kenapa ada tukang parkir disini?”. Dia membalas “kami sudah melarangnya beberapa kali akan tetapi mereka tetap meminta uang parkir kepada pengunjung. Karena mereka adalah orang di sekitar sini maka kami takut untuk mengusir mereka”.

Hal inilah yang terjadi di sejumlah minimarket di kota Makassar. Tulisan parkir gratis hanya sebatas janji manis ketika masih maraknya parkir liar. Tidak mampunya karyawan dan manajemen untuk mengusir para pemalak serta tidak adanya tindakan dari kepolisian untuk menertibkan parkir liar ini membuat parkir liar tetap lestari. Untuk menghindari parkir liar ini, konsumen biasanya akan  memilih minimarket yang tidak ada parkir liarnya.

Di sekitar kampus saya Universitas Negeri Makassar berjejer sejumlah minimarket yang sudah ditempati oleh para pemalak ini. Untuk berbelanja minuman dan makanan kecil, minimarket yang jauh menjadi pilihan lantaran tidak adanya parkir liar. Biaya parkir sebesar dua ribu rupiah sangat tidak masuk akal ketika kami hanya membeli minuman seharga lima ribu rupiah. Waktu yang hanya dua menit didalam minimarket juga tidak sepadan dengan biaya parkir tersebut.

Beberapa tanda minimarket yang ada parkir liarnya adalah terdapatnya satu atau dua orang berada di parkiran dengan mengenakan kaos yang lusuh. Jaket orange dan tas pinggang yang bisanya dimiliki oleh profesi ini tidak dikenakan. Jika menemukan orang seperti itu harap hati-hati karena biasanya akan mendatangi anda pas keluar dari minimarket dan meminta uang parkir tanpa diberikan karcis parkir.

Sudah seharusnya parkir liar ditertibkan karena selain merugikan konsumen juga merugikan pihak minimarket akibat menurunnya omset penjualan. Langkah cepat dan tegas harus diambil. Pihak minimarket dengan aparat kepolisian harus selalu berkoordinasi untuk menghilangkan para tukang parkir liar ini. Lingkungan tanpa pungutan liar selalu menjadi dambaan semua masyarakat. Oleh karena itu mari kita menolak memberikan uang parkir kepada tukang parkir liar ini karena merasa terancam ataupun merasa iba.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun