Mohon tunggu...
Hidajat MS
Hidajat MS Mohon Tunggu... -

Keep working

Selanjutnya

Tutup

Politik

Joko Widodo atau Dahlan Iskan

21 September 2013   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:35 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JOKO WIDODO ATAU DAHLAN ISKAN?

Sebelum 11 Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat menyampaikan visi-misinya, 15 September 2013, berbagai survei mengunggulkan Joko Widodo (JW) memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres 2014, jika didandingkan dengan Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Mahfud MD, Wiranto.

Dari 11 peserta Konvensi PD, menurut beberapa penilaian masyarakat, muncul 3-4 nama yangakan bisa bersaing dengan JW, diantaranya Dahlan Iskan (DI). Tentu, selama ini, DI belum pernah berkampanye, baik untuk Pilkada, apalagi untuk Pilpres. Sedangkan JW sudah pernah “manggung di depan public,” setidaknya pada saat Pilkada Walikota Solo, 2 kali, Pilgub DKI Jakarta, 2012, dan menjadi vote getter PDI-Perjuangan pada beberapa pilkada Gubernur/Bupati/Walikota.

Persamaan mendasar dari kedua sosok ini adalah, sama-sama bersahaja, sama-sama pekerja keras, sama-sama merakyat, suka blusukan untuk JW, suka turun ke bawah (turba) untuk DI, dan sama-sama anti-korupsi.

Lalu, di mana perbedaan antara sosok JW dan DI?

1.JW adalah “orang partai” atau kader dari salah satu partai politik, kini sebagai Gubernur DKI Jakarta. Popularitas JW melijit tinggi, ketika media darling pada saat dengan bangga ia memromosikan Mobil SMK sebagai Mobnas. Kini, popularitas JW bertambah, ketika Pemprov DKI dapat menertibkan kemacetan di Pasar Tanah Abang dengan membuka Blok G khusus untuk PKL. Popularitas JW bertambah lagi, ketika bulan Oktober 2013 meletakkan batu pertama, dimulainya proyek MRT di Ibu Kota. Disusul dengan pembangunan kampung deret di beberapa kampung di DKI Jakarta.

Sepertinya, ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, JW mendapat ”durian runtuh.” Ia tinggal meneruskan saja berbagai mega proyek di Ibu Kota, yang telah didesain oleh pendahulunya. Sebut saja, proyek MRT, deep tunnel, koridor busway.

Dalam kaitan sebagai capres 2014, JW masih menunggu instruksi dari partai, apakah dicalonkan sebagai capres atau tidak. Pada 6 September 2013, JW diminta oleh Megawati Soekarnoputri untuk membaca “Dedication of Life” yang ditulis oleh Bung Karno di depan Mukernas III PDI-Perjuangan. Hal ini dimaknai sebagai sinyal getaran kepada JW dan sebagai simbol regenerasi penerus cita-cita Bung Karno. Peserta Mukernas, serta-merta, langsung atau tidak langsung mendukung JW sebagai capres 2014.Sayangnya, rakyat belum mengetahui visi-misi JW, jika nanti menjadi capres 2014.

Yang menjadi pertanyaan besar bagi JW, jika seandainya JW, 2014,terpilih mendadi Presiden, apakah janji-janji pada saat kampanye menjadi Gubernur DKI Jakarta, sudah bisa terwujud? Bagaimana dengan janji mengatasi kemacetan? Bagaimana dengan janji mengatasi banjir? Bagaimana dengan janjinya, akan membuat embung/folder untuk menangkap dan menampung air hujan di setiap kelurahan dan kecamatan? Terwujudkah “JAKARTA LAMA” menjadi “JAKARTA BARU?” dst. dst.Disayangkan, jika nanti, 2014, JW terpilih menjadi Presiden, janji mewujudkan “JAKARTA BARU” akan bernasib sama seperti janji JW menjadikan Mobil SMK menjadi Mobnas, hanya tinggal kenangan.

2.Sedangkan DI, adalah sosok independen. Ia sukses menyelamatkan beberapa perusahaan yang hampir bangkrut, a.l. Jawa Pos. Popularitas DI melejit, ketika tiba-tiba ia diminta oleh Presiden SBY untuk membenahi PLN yang terus-menerus merugi sejak didirikan. Dalam waktu yang relatip singkat, meski pada awalnya diboikot oleh lebih dari 50% manajer di jajaran PLN, DI berani melakukan gebrakan untukperbaikan dalam manajemen, sumber daya manusia, logistik, pelayanan, dan pemasaran. Secara berkala, ia melakukan turun ke bawah. Misalnya, ia segera menemukan salah satu kecurangan manajemen lama, dengan modus mencampur pecahan batu ke dalam batu bara. Pantas saja, mesin-mesin yang baru dibeli untuk pembangkit tenaga listrik itu cepat rusak, dan perlu perbaikan dengan biaya yang mahal.Dalam waktu relatip singkat, DI berhasil membangun citra positip PLN. Serta merta, DI diangkat menjadi Menteri BUMN yang membawahkan 169 perusahaan milik negara. Berbagai upaya telah dilakukan DI untuk memaksimalkan peran BUMN sebagai perusahaan yang dapat dibanggakan oleh rakyat. Antara lain, menetapkan susunan manajemen yang handal, memagari BUMN dari praktik korupsi oleh manajemen dan sebagaisapi perahan beberapa anggota DPR. Beberapa perusahaan yang dulu terus-menerus rugi, berkat tangan dingin DI, kini menjadi perusahaan yang sudah meraup untung. BUMN yang tidak bisa diselamatkan dari kerugian yang sudah kronis, segera dilikwidasi.

Selanjutnya, DI diundang oleh Partai Demokratuntuk mengikuti Konvensi Kandidat Capres 2014. Pada 15 Septemer 2013, ia menyampaikan visi-misinya sebagai capres. Dapat disimak, meski hanya disampaikan dalam waktu 5 menit, visi-misi DI sudah jelas, lugas, dan merakyat. Ia berkemauan kuat untuk memberantas korupsi, menjadikan Indonesia sebagai negara industri, menjadi negara eksportir, menjaga pertumbuhan ekonomi 6,5-7% per tahun, dalam 5-6 tahun ke depan pendapatan per kapita Indonesia bisa mengalahkan Meksiko, mengurangi orang sangat miskin yang berjumlah 30-35 juta dan orang miskin yang berjumlah 60 juta orang.

Bahkan, DI telah memiliki “peta kemiskinan” dan langkah-langkah strategis bagaimana mengurangi jumlah kemiskinan itu dalam 3-4 tahun ke depan. Suatu contoh kecil “gagasan nyentrik” DI adalah, jika nanti terpilih menjadi Presiden, akan mendirikan BUMN Baru yang khusus mengurus ternak sapi dan kambing. Ini cara DI memangkas jumlah kemiskinan dengan cara instan, tapi terukur. DI mengetahui, ada “dana tidur” puluhan trilyun rupiah di lingkungan BUMN yang tidak termanfaatkan secara maksimal dapat digunakan untuk kepentingan orang sangat miskin yang sebagian besar hidup di desa-desa. Petani miskin yang hanya memiliki sapi atau kambing 2-5 ekor akan diberi “kredit” berupa sapi atau kambing, sehingga jumlah sapi atau kambing mereka paling sedikit berjumlah 10 ekor. Sehingga, dalam 3-4 tahun ke depan penghasilan mereka bisa mencapai Rp 2 juta–Rp 2,5 juta per bulan yang relatip cukup untuk biaya hidup sekeluarga. Dengan syarat, ternak tadi dikumpulkan atau “dikomunalkan” dalam satu “kandang besar” di desa-desa yang dikelola oleh BUMN tadi. Dengan demikian, pertumbuhan, perkembangan, dan pemasaran ternak itu dapat terjamin secara bersinambungan. Bahkan, kotoran maupun air kencing ternak pun dikumpulkan untuk diolah menjadi komoditas ekonomi. DI juga telah merintis dan mendorong peternak kelinci untuk menjadikan ternak kelinci sebagai suatu industri pertanian rakyat yang akan memasok daging kelinci yang berkolesterol rendah ke pasar dalam negeri atau luar negeri.

Di samping itu, menurut DI, kepada lk 90-95 juta orang yang sangat miskin dan miskin wajib diberikan jaminan kesehatan yang cukup agar tidak mengurangi penghasilannya per bulan, jika mereka jatuh sakit.

Dari uraian di atas, mungkin Anda dapat membandingkan kinerja, gagasan, dan wawasan ke depan sosok JW dengan DI, jika mereka menjadi calon Presiden RI.

Jakarta, 21 September 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun