Mohon tunggu...
Rosania Laoli
Rosania Laoli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Mahasiswa yang menyukai isu-isu dunia internasional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Dampak Rivalitas BRI dan TPP terhadap Kawasan Asia Pasifik

30 Juni 2023   21:55 Diperbarui: 30 Juni 2023   21:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulis: Rosania Laoli, Fajar N. R. Jannah, Kazia Sabbathine Pakpahan, Kirana Putri Aulia

Asia Pasifik merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis dan dinamis di dunia ini. Secara geografis, kawasan ini meliputi Asia Timur, Asia Tenggara, dan Australia-Oseania. Dengan luasnya kawasan Asia Pasifik kemudian menjadikan pola interaksi negara-negara dalam kawasan ini begitu beragam, dapat berupa kerjasama ataupun konflik. Selain itu, kawasan ini juga dilalui oleh jalur pelayaran internasional dan jalur perdagangan tersibuk di dunia. dari segi sumber daya alamnya pun, kekayaan Asia Pasifik tidak perlu diragukan lagi. Terlebih, pada tahun 1980-an di mana kegiatan perekonomian negara-negara mulai berkembang dengan pesat hingga sekarang menjadikan dinamika kawasan ini juga seringkali menuai reaksi dari berbagai negara di luar kawasan. Hal tersebut membuat kawasan ini, sering dijadikan bahan diskusi dalam dinamika hubungan internasional hingga saat ini. Disamping itu, keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Asia Pasifik, membuat kawasan ini dinilai cukup strategis untuk melakukan kerjasama dibidang ekonomi maupun keamanan. Hal inilah yang kemudian menjadikan kawasan Asia Pasifik begitu diperebutkan oleh dua negara hegemon yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok. Untuk mencapai kepentingan tersebut, Amerika Serikat dan Tiongkok harus ikut berkontribusi di kawasan Asia Pasifik, salah satunya dengan melakukan power balancing antar masing-masing kekuatan. Peristiwa inilah yang kemudian melahirkan rivalitas kekuatan Tiongkok melalui Belt and Road Initiative (BRI) dan Amerika Serikat melalui Trans-Pacific Partnership (TPP).

Belt and Road Initiative

Dalam rangka memperluas dan menambah angka kerja sama dan konektivitas pada skala lintas benua, maka pada tahun 2013 Tiongkok dengan pernyatan dari Presiden Xi Jinping mengemukakan BRI atau Belt and Road Initiative untuk berdiri.  Belt and Road Initiative sendiri  sering di sapa hangat dengan sebutan "Jalur Sutra Baru", merupakan satu dari banyak proyek infrastruktur yang paling menunjukkan antusias dan ambisius yang pernah dicatatkan. Peningkatan angka investasi asing, kondisi warga negara yang sejahtera, dan perdagangan dapat terjadi atau terealisasi dengan berhasilnya proyek BRI ini. Menghubungkan Eropa dengan Asia Timur melalui infrastruktur fisik merupakan rancangan awal dari inisiatif proyek pembangunan BRI ini. Namun, ternyata wilayah Amerika Latin, Oseania, dan Afrika juga turut terkena dampak dari perluasan pengaruh politik dan ekonomi Tiongkok. Walaupun tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan infrastruktur negara-negara anggota yang tergabung di dalamnya, berbagai analisis memandang proyek ini sebagai peningkatan kekuatan Tiongkok yang meningkat. Hal ini disebabkan karena pertentangan beberapa negara yang menolak banyak proyek yang biayanya membludak.

Terlepas akan hal tersebut, Tiongkok melalui kebijakan BRI pada dasarnya berusaha untuk melakukan depolitisasi rivalitas dengan Amerika Serikat melalui program pembangunan ekonomi wilayah yang akan menambahkan partisipasi aktif dari beberapa negara di wilayah Asia Pasifik melalui mekanisme multilateral. Sehingga melalui dominasi ekonomi yang dilakukan oleh Tiongkok dengan menggunakan BRI, di sisi lain Tiongkok juga bertujuan untuk mengikat dan memiliki kendali penuh atas kerangka kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Tiongkok, melalui BRI, menjalankan kekuasaannya dengan mekanisme saling ketergantungan ekonomi dan berusaha untuk berkontribusi pada tata kelola global dan pengelolaan ekonomi pasar internasional, khususnya Asia Pasifik. Semenjak 2016 ketika BRI diusulkan, program ini telah menghantarkan sebuah era baru terhadap diplomasi regional dan ekonomi di antara negara-negara Asia-Pasifik. banyak proyek di Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Pulau Pasifik yang berhasil diselesaikan dan memberikan fasilitas yang lebih baik untuk perdagangan dan investasi di wilayah tersebut. Selain untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik, tujuan lain Tiongkok secara gencar mengikat kerjasama BRI dengan negara-negara Asia Pasifik adalah untuk memperoleh kekuasaan untuk mendominasi Laut Cina Selatan yang selama ini menuai banyak konflik karena diklaim sebagai bagian dari nine dash line.

Trans-Pacific Partnership

Trans Pacific Partnership (TPP) adalah perjanjian perdagangan bebas  antara Amerika Serikat dan 11 negara lain di kawasan Asia-Pasifik-Australia yakni Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru , Singapura, dan Vietnam. Sejarah perjanjian perdagangan ini dimulai dari inisiasi dari Singapura, Chile dan Singapura di tahun 2003 yang menyepakati Trans Pacific Strategic Economic Partnership. Seiring berjalannya waktu, keanggotaan dari perjanjian ini terus bertambah. Hingga akhirnya pada 4 Oktober 2015, negara-negara yang terlibat dalam perjanjian ini menyepakati perjanjian baru yang disebut dengan Trans Pacific Partnership (TPP). Tujuan utama TPP adalah  untuk mengatur perdagangan bebas antar negara yang menyepakati perjanjian tersebut. Kemudian TPP juga berfokus pada isu-isu lain yakni Intellectual Property Rights (IPRs), Investor-State Dispute Settlement (ISDS), State-Owned Enterprises (SOEs), government procurement, lingkungan, dan buruh.

Ada berbagai dampak dan manfaat yang dapat diperoleh bagi negara-negara di Asia Pasifik yang tergabung di dalam perjanjian ini. Kemitraan Trans-Pasifik pada akhirnya akan menghapus atau meminimalkan hambatan tarif dan non-tarif untuk perdagangan barang dan jasa, oleh karena itu manfaat pertama adalah akses pasar yang lengkap. Selain itu, Kemitraan Trans-Pasifik akan berkomitmen pada strategi regional yang mendukung pengembangan produksi dan distribusi barang-barang produksi, memfasilitasi perdagangan, meningkatkan efisiensi, dan mendukung tujuan penciptaan dan dukungan lapangan kerja, meningkatkan standar hidup, mendukung upaya konservasi, memfasilitasi integrasi lintas batas, dan membuka pasar domestik. Perjanjian ini juga akan menjawab tantangan perdagangan baru, seperti perkembangan ekonomi digital, peran badan usaha milik negara dalam ekonomi global, dan adanya perdagangan inklusif, di mana Kemitraan Trans-Pasifik merangkul unsur-unsur baru dan memastikan bahwa ekonomi di semua tingkat pembangunan dan bisnis dari semua ukuran dapat membantu Ini termasuk membantu perusahaan kecil dan menengah dalam memahami kontrak, mengambil keuntungan dari peluang, dan menarik perhatian pemerintah Kemitraan Trans-Pasifik pada kesulitan-kesulitan tertentu. Akan tetapi, pengaruh TPP di kawasan Asia Pasifik semakin menurun sejak Amerika Serikat memutuskan keluar.

Daftar Pustaka

Chatzky, A. (2021, September 20). What's Next for the Trans-Pacific Partnership (TPP)? Council on Foreign Relations. Retrieved June 30, 2023, from https://www.cfr.org/backgrounder/what-trans-pacific-partnership-tpp 

Chatzky, A. (2023, February 2). China's Massive Belt and Road Initiative. Council on Foreign Relations. Retrieved June 30, 2023, from https://www.cfr.org/backgrounder/chinas-massive-belt-and-road-initiative 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun