Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Perjalanan Jokowi dari Papua Hingga Tanah Suci

7 Juli 2014   06:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:11 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kampanye telah berakhir. Kini saatnya masa tenang. Semua tinggal menunggu hari pencoblosan untuk memilih dan memberikan amanah untuk memimpin bangsa indonesia selama lima tahun kedepan. Yang diharapkan mampu memimpin kebangsaan ini hingga menjadi bangsa yang seutuhnya merdeka. Bukan hanya dari para penjajah tetapi merdeka sebagai seorang manusia. Itulah sebenarnya tujuan tertinggi berbangsa yaitu menghantarkan kepada hakikat kemanusiaan. Karena pada dasarnya ada sebagian manusia yang ingin membelenggu kebanyakan manusia agar tetap dalam kebodohan, kemiskinan dan hidup dalam kebimbangan sehingga rakyat hidup tidak lebih hanya sebagai bertahan hidup untuk mengenyangkan perut dan hawa nafsu. Itu semua mereka lakukan demi kepentingan mereka sehingga mendapatkan untung yang sebebsar-besarnya. Sedangkan manusia sesungguhnya makhluk yang mampu mengorbankan segalanya, termasuk kehidupannya demi kepuasan ruh dan akalnya. Termasuk ibadah yang sedang kita lakukan. Berpuasa dari dari tebitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Jokowi sebagai seorang kandidat calon presiden dimata saya telah melakukan hal yang unik.dia berkampanye bukan saja berkampanye untuk memenangkannya. Tetapi dia mencoba memberi warna dalam kehidupan kita. Supaya kita bisa menjadi warga negara yang benar-benar merdeka. Ada yang mesti dihayati dalam perjalanannya. Ketika dihari pertama kampanye beliau pergi ke Papua dan setelah akhir masa kampanye beliau pergi ke tanah suci mekkah untuk berihram dengan sebatas kain putih yang tak berjahit, tawaf mengelilingi kiblat penyembah Allah, dan berlari-lari kecil antara bukit safa dan marwa. Umrah sendiri memiliki nilai tertentu bagi seorang hamba. Sedangkan jokowi yang melabuhkan masa kampanyenya di tanah suci maekkah juga memiliki nilai tersendiri.

Bukan berniat untuk mendewakan jokowi. Tetapi sebagai warga negara yang mengharapkan kebebasan hakiki tidak salah melihat fenomena ini menjadi sebuah pelajaran supaya memudahkan kita untuk menuju bangsa yang bebas seutuhnya.

Papua. Kenapa jokowi memulainya dari Papua? Sebebarnya apa yang terjadi di papua? Papua adalah bagian dari indonesia. Kalau kita menganggap papua terbelakang. Kita juga terbelakang, karena Indonesia memang masih jauh dibandingkan dengan negara maju. Tetapi karena konteksnya indonesia maka secara kasat mata papua adalah provinsi yang terbelakang. Terbelakang dari pembangunan, pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan bahkan mungkin keadilan. Pokoknya papua adalah provinsi terbelang di Indonesia. Kalau kita mencoba memahami arti keterbelakangan papua, sebenarnya itu menggambarkan keterbelakangan kita hidup didunia. Kita didunia sangat gampang untuk menuruti hawa nafsu. Oleh sebab itu tidak sedikit dari pejabat kita yang terus melakukan praktek korupsi. Apalagi aparat yang berani membakar hidup-hidup tukang parkir. Karena godaan itu sehingga manusia yang aslinya adalah makhluk yang menghambakan kepada yang maha esa, dan selalu mementingkan kepentingan yang lain sebelum dirinya. karena dunia dia hanya mampu mengikuti hawa nafsunya dan menjauh dariNya. Sehingga akan terbelenggu kedalam kehinaan sehingga hidup tidak lebih seperti hewan saja.

Setelah dari papua jokowi mulai melakukan kampanye door to door, membagikan kaos kepada rakyat dan rela bersalaman hingga terluka, dan selalu siap dikerumuni rakyat-rakyat kecil. Dia bertemu kiayi dan santi, dia bertemu petani dan nelayan, dia bertemu buruh dan pengusaha, dan dia juga bertemu dengan para selebritis dan muballigh. Dia mulai memasuki kehidupan masyarakat. Tetapi tidak melakukan apa-apa yang bisa membantu mereka. Karena dia bukan presiden. Begitulah kita sebelum kita mampu berbuat apa-apa didunia hina ini. Kita harus melihat dulu hitam dan putih. Sebelum tindakan apa yang dilaksanakan.

Jokowi berjalan dan berjalan hingga tibalah di glora bung karno. Puluhan ribu manusia berkumpul memberikan maklumat membuat sejarah baru. Begitulah kita manusia. Telah melihat semuanya maka kita mesti beri’tikat untuk apa yang telah kita lihat dan mulai memutuskan nilai apa yang harus diperjuangkan.

Pada esok harinya ketika akhir masa kampanye. Beliau berangkat ketanah suci. Disana dia akan menyerahkan segalanya ke yang maha kuasa. Bukankah kita berjuang untuk menghidupkan nilainya. Kasih sayangnyaharus menyatu dalam tubuh, keadilannya harus mengalir disetiap gerakan, sehingga nantinya setiap tindakan tidak lain dan tidak bukan adalah tindakan dariNya.

Baca juga:

Visi Misi Presidenku

Ekonomi Maju Dimana Budaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun