Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengintip Pabrik Guru di Finlandia

8 November 2018   19:37 Diperbarui: 8 November 2018   19:49 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://indonesiaexpat.biz

Sistem pendidikan di Finlandia yang fenomenal dan mengejutkan terus menimbulkan rasa penasaran. Beberapa tahun yang lalu sempat dimunculkan bahwa sistem tersebut dibangun berdasarkan ide KH Dewantara dengan Taman Siswanya.

Sempat menjadi sebuah wacana, ide untuk menjadikan Taman Siswa sebagai model dasar sistem pendidikan Nasional lenyap ditelan berbagai isu yang dianggap lebih cantik dan atraktif. Namun, jika dikilitik (baca: digelitik) lagi, pembahasan seputar sistem pendidikan yang optimal akan menjadi menarik lagi.Seminar yang membawa topik tentang pendidikan di Finlandia terus menjadi topik yang hangat dibicarakan, ditambah dengan pembicaranya yang dari Finlandia juga! Pas, sudah! Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mereka yang diundang untuk berbicara di berbagai forum terkait dengan pendidikan (khususnya terkait dengan sistem pendidikan yang dianggap terbaik), banyak nara sumber yang tidak (baca: belum) berhasil menerapkan sistem yang digadang-gadang sebagai sistem pendidikan terbaik tersebut di Indonesia. Jadi, seminar hanya sebuah ajang untuk menyenangkan telinga tanpa ada hal signifikan yang dapat dilakukan untuk mengubah sistem pendidikan yang sedang dijalankan.

Sistem pendidikan di sebuah negara tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor seperti nilai-nilai yang dianut masyarakat dan sistem sosial di masyarakat (termasuk kebiasaan, kultur, patriarki, dll). Selama 5 tahun saya tinggal di Finlandia, saya belum pernah menemukan LBB (lembaga bimbingan belajar) sama sekali. 

Kebalikannya, di Indonesia LBB dapat ditemui hampir di setiap kota. Bahkan beberapa LBB merupakan cabang dari LBB lain yang sudah 'terkenal'. Keterkenalan ini biasanya terkait dengan prestasi akademik 'alumni'-nya. Kepuasan orang tua yang memiliki anak lulus SMA di usia muda telah mendorong anak bersekolah lebih awal atau gabung kelas akselerasi. Keduanya adalah hal yang tidak akan ditemukan di Finlandia. Ya..., itu sekelumit dari kendala yang kita harus selesaikan.

Selain itu, faktor guru sebagai ujung tombak pendidikan juga memegang peranan penting. Oleh karena itu, tulisan ini akan berfokus pada pengadaan guru di Finlandia. Topik yang mungkin jarang ditemukan atau dibahas dalam berbagai seminar pendidikan.

Dalam sebuah obrolan di ruang makan sebuah universitas, saya bertemu dengan seorang peneliti Biologi hewan. Bermula dari obrolan seputar grup-grup peneliti dan fakultas yang menaunginya, topiknya bergeser sedikit demi sedikit ke guru. 

Koq bisa? Saat itu dia menceritakan pengalamannya melamar menjadi guru di sebuah sekolah dan dia ditolak, sehingga pilihan menjadi seorang peneliti lah yang kemudian diambilnya. Bukankah dia sekolah di jurusan Biologi? Bukankah seharusnya Finlandia mengambil guru dari jurusan pendidikan?

Pabrik guru di Finlandia

Saya cukup terkejut tatkala teman saya itu bercerita bahwa walaupun dia lulusan jurusan Biologi tetapi bisa menjadi guru (jika diterima). 

Syaratnya cuma satu, pada transkrip nilainya harus memuat sekian SKS terkait dengan pedagogi dan kawan-kawannya. SKS ekstra ini tentu saja diambil dari kuliah yang diasuh oleh fakultas pendidikan. Pada saat dia masih kuliah, tidak terbersit sedikit pun dalam pikirannya untuk menjadi guru sehingga ekstra kredit yang bisa diambil dari fakultas pendidikan dilewatkannya.

Pikirannya berubah setelah dia menyelesaikan studinya dan ternyata dia ditolak karena tidak memiliki ekstra kredit tersebut. Namun, itu tidak berarti pintu menjadi guru telah tertutup selamanya. Seseorang bisa mengambil ekstra kredit tersebut setelah lulus asalkan telah memiliki pengalaman kerja di bidang yang ditekuninya (dalam kasus teman saya, berarti di Biologi) selama minimal 36 bulan. Dengan lama pendidikan 1-2 tahun, sertifikat sebagai guru sudah bisa diperoleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun