Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syekh Ali Jaber, Ulama Tanpa Rasa Gaduh

15 Januari 2021   18:09 Diperbarui: 15 Januari 2021   18:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu kita mendengar kabar bahwa ulama besar kita yaitu Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada umur yang masih sangat muda yaitu 44 tahun. Ulama yang dihormati banyak orang itu tercatat lahir di Madinah, namun telah menjadi warga negara Indonesia (WNI). Dia terlahir sebagai Muhammad Ali Saleh bin Ali Jaber.

Banyak sekali orang yang kehilangan atas meninggalnya itu. Mungkin bisa kita lihat dari status whattApp rekan-rekan kita yang memasang foto almarhum saat meninggalnya. Tak hanya itu, di beberapa platform media sosial seperti facebook, twitter dan instagram, foto almarhum banyak dipasang dengan komentar yang menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam. Bagi bangsa dan negara Indonesia, kematian mendadak ini memang mengejutkan dan suatu kehilangan besar.

 Beliau memang populer karena banyak memberikan ceramah dan pengajaran agama Islam di media massa seperti televisi dan kegiatan offair seperti pengajian dan peringatan hari besar agama secara massal, sampai ke majelis taklim yang diadakan oleh organisasi kemasyarakatan sampai keluarga.

Ulama ini berbeda dengan ulama yang juga populer di televisi. Syekh Ali Jaber sering memberikan ceramah dengan cara santun dan sederhana sehingga mudah dimengerti umat. Tak hanya itu, beliau juga menekankan pada pentingnya perdamaian dan rasa sabar pada kondisi yang sedang kita hadapi. Kita mungkin ingat saat beliau ditusuk oleh seseorang, beliau menunjukkan rasa sabar dan memaafkan sang penyerangnya.

Ceramah beliau tidak provokatif seperti penceramah agama lainnya yang juga populer melalui televisi. Berbeda dengan yang lain, ulama ini juga tidak pernah masuk dalam ranah politik atau memasukkan unsure politik dalam ceramah dan pengajarannya. Ini jadi pembeda penting beliau dengan ulama lain yang tidak hanya provokatif namun juga sering melakukan pembiaran atas keterbelahan masyarakat.

Dalam ceramah agama oleh ulama provokatif, unsur politik yang mungkin juga ditunggangi oleh keinginan berkuasa sampai masalah uang sering dimasukkan untuk menarik umat. Semakin provokatif ulama tersebut, semakin banyak umat yang tertarik dan menjadi pengikutnya. Dunia agama menjadi gaduh dan sering jauh mencerminkan Islam itu sendiri. Pengikut ini menjadi salahsatu modal bagi mereka untuk 'menjual' dirinya bagi calon eksekutif yang akan mencalonkan diri dalam kontestasi politik. Ceramah-ceramahnya masih saja membuat keterbelahan terjadi meski pilkada atau pilpres sudah berlalu.

Hal ini tidak pernah terjadi atau dilakukan oleh Syekh Ali Jaber. Beliau dengan tulus mengajarkan agama kepada umat bahkan sampai pelosok-pelosok. Yang diajarkan adalah Islam damai dan sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad soal Islam. Ini sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri termasuk di Indonesia yang beragam dan membutuhkan kedamaian untuk membangun ini.

Masyakarat merindukan dan butuh ulama seperti Syekh Ali Jaber lebih banyak lagi. Selamat jalan Syekh !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun