Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penguatan Karakter, Penting untuk Pekerti yang Baik

28 Februari 2019   05:39 Diperbarui: 28 Februari 2019   05:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat kisah para guru yang terciduk polisi karena menyebarkan hoax dan ujaran kebencian ? Pada awal tahun ini kita diingatkan pada kisah seorang guru di Cilegon yang sebarkan hoax 7 kontainer surat suara tercoblos.  Dia juga mengatakanbahwa container itu kemungkinan besar berasal dari China.

Guru yang diketahui berinisial MIK itu menyebarkan kisah hoax 7 kontainer surat suara itu melalui twitter. Meskipun dalam pemeriksaan selanjutnya dia tidak bisa menjelaskan kebenaran informasi 7 kontainer surat tercoblos itu.

MIK kemudian diketahui adalah seorang guru yang juga merupakan simpatisan paslon tertentu. Menurutnya, ia menyebarkan itu dengan maksud memberitahu tim pasangan capres cawapres tersebut. Ia membuat narasi hoax itu sendiri tanpa bantuan siapapun.

Kisah ini tidak sendirian. Beberapa waktu sebelumnya, seorang pengajar di Sumateran Utara yang bernama Himma Dewiyana Lubis juga pernah melakukan perbuatan yang sama. Himma ditetapkan sebagai tersangka penyebar hoax dan kebencian karena menyebarkan isu sensitive dan sama sekali tidak benar. Dia mengatakan pada peristiwa Bom Surabaya yang terjadi di beberapa gereja dan kantor polisi adalah  terkait pengalihan isu pilpres. 

Padahal peristiwa Bom Surabaya itu adalah peristiwa bom yang sangat tragis. Menyebabkan sedikitnya 25 orang tewas, dan sebagian merupakan anak-anak. Beberapa anak bahkan terkena bom saat akan melakukan ibadah gereja di minggu pagi itu. Bom juga terjadi di markas kepolisian dan rumah dimana beberapa orang meninggal, termasuk pelaku pengeboman itu sendiri. Himma mengatakan bahwa bom itu adalah setting untuk mengalihkan isu politik yang tengah berkembang gencar

 Dua contoh itu adalah hal yang tak layak ditiru oleh para pengajar dan seluruh murid di Indonesia. Keduanya sama sekali tidak empatif dan tidak simpati terhadap para korban yang ada. Untuk hoax surat suara di 7 kontainer adalah pernyataan yang sungguh berani dan tidak masuk akal karena dikebangkan tidak berdasarkan data sama sekali.

Sebagai pengajar seharusnya paham bahwa apa yang dilakukannya punya dampak besar bagi para muridnya. Setidaknya jika dia adalah pengajar sekolah dasar, mnungkin para muridnya belum paham betul apa yang terjadi dengan politik dan terorisme. Tetapi otaknya akan 'merekam' apa yang diperbuat oleh gurunya. Dan mungkin tertanam olehnya selama puluhan tahun.

Apa yang dilakukan oleh guru sebagai contoh ini adalah sesuatu yang tidak elok. Bagaimanapun lingkungan sekolah adalah pembangun peradaban yang sangat penting. Institusi pendidikan adalah salah satu tiang Negara yang diandalkan untuk mencetak generasi penerus. Jika sebagai pencetak memiliki frame yang salah soal peradaban dan cara membangun negaa yang baik, maka  kita selayaknya harus merasa prihatin.

Penguatan karakter dan pembentukan budi pekerti yang baik adalah salah satu cara untuk mencetak generasi penerus yang baik pula. Dan itu sebagiknya dilakukan sejak awal atau usia muda. Karena itu sekolah dan keluarga adalah hal penting bagi anak-anak kita. Mari kita bersama saing mengingatkan agar selalu memberikan teladan yang baik untuk para anak-anak dan generasi muda kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun