Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Kita Indonesia, Stop Adu Domba

14 November 2017   17:48 Diperbarui: 14 November 2017   18:04 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling Tolong Menolong - kompasiana.com

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku dan budaya. Sebuah anugerah yang diberikan Tuhan, yang mungkin tidak dimiliki negara lain. Indonesia juga merupakan negara dengan luas wilayah yang tidak kecil. Hamparan pulau-pulau dari Aceh hingga Papua, memberikan kebanggaan tersendiri. Disamping itu, negeri ini juga dikenal sebagai negeri yang ramah, toleran, dan menghargai keberagaman. Semua itulah, yang membuat Indonesia berkembang menjadi seperti sekarang ini.

Sayangnya, keberagaman ini justru dimaknai sebagai persoalan bagi sebagian orang. Kelompok radikal menilai keberagaman ini tidak sesuai dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama muslim. Bahwa Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, merupakan hal yang tidak bisa dibantah. Namun fakta bahwa Indonesia terdiri dari bersuku-suku, dengan karakter budaya yang beraneka ragam, juga merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Karena itulah, sebagai warga negara Indonesia yang baik, semestinya kita bisa melihatnya secara utuh. Semestinya menghilangkan istilah mayoritas minoritas. Karena semua orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Pemahaman kebangsaan ini harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini penting, karena akhir-akhir ini masih marak sekali ujaran kebencian bernuansa SARA. Terlebih, ada kekhawatiran pada pilkada serentak tahun 2018 mendatang, isu SARA akan kembali muncul seperti pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Untuk itulah, perlu ada upaya preventif dari semua pihak, agar tidak ada lagi provokasi SARA. Dan tidak ada lagi masyarakat yang mudah terpengaruh, karena provokasi-provokasi tersebut. Menjadi tugas semua pihak. Sebagai pribadi, kita juga harus menjadi pribadi yang cerdas dan selalu membekali dengan informasi yang valid.

Kita juga harus menggunakan logika secara sehat, dalam menyikapi setiap informasi. Dengan menggunakan akal dan pikiran dari Allah SWT ini, semestinya kita bisa melihat sebuah persoalan secara utuh dan tidak sepotong-potong. Harapannya, jika kita semua bisa melihat persoalan secara utuh, adu domba yang dimunculkan tidak akan bisa memecah belah persatuan dan kesatuan. Adu domba tidak akan mampu mengubah ideologi bangsa yang berdasarkan Pancasila. Mari kita saling mengingatkan mulai dari sekarang. Karena adu domba mempunyai efek domino yang berbahaya. Konflik individu dan golongan bisa berpotensi terjadi, jika provokasi semakin masif dan masyarakat tidak mempuanya fondasi yang kuat.

Karena Indonesia menghargai keberagaman, semestinya setiap masyarakat yang tinggal di negara kesatuan republik Indonesia, juga saling menghargai antar sesama. Jika ada perbedaan pendapat, harus dibuka ruang dialog untuk dicarikan solusi. Karena kita Indonesia, menjaga persatuan dan kesatuan harus menjadi hal yang utama. Perbedaan pendapat bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Melalui musyawarah, para pihak diharapkan bisa saling berdiskusi, untuk mengedepakan kepentingan yang lebih besar. Musyawarah tidak bisa dilakukan tapi tetap mengedepankan ego pribadi dan golongan.

Mari bersama kita tangkal penyebaran informasi menyesatkan, fitnah, dan ujaran kebencian yang marak di dunia maya. Mari kita biasakan menebar pesan damai dan perilaku baik dalam keseharian. Karena kita Indonesia, mari terus melestarikan warisan nenek moyang untuk selalu berbuat baik. Karena kita Indonesia, mari terus ramah dan tersenyum kepada siapa saja. Dan karena kita Indonesia, mari kita jaga keberagaman negeri ini dari segala pengaruh buruk, yang bisa memecah belah keutuhan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun