Mohon tunggu...
hesa adrian
hesa adrian Mohon Tunggu... mahasiswa -

Make your sillences as a gold And make your words as a diamond Thats what makes man a man

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema Pemilukada di Indonesia (Bag IV)

23 November 2010   14:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagian terakhir dari tulisan ini dimaksudkan untuk menyimpulkan hasil temuan dari rangkaian penjelasan terhadap rumusan masalah tentang bagaimana dilema dalam Pemilukada di Indonesia. Dari pembahasan mengenai cita – cita Pemilukada dan Pemilukada yang sarat politik transaksional dapat ditarik benang merah bahwa apa menjadi idealita tidak sesuai dengan realita.

Walaupun dijelaskan bahwa ketika salah satu cita  – cita dari diselenggarakan Pemilukada ialah untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas para elit politik lokal ternyata yang terjadi di lapangan adalah sebuah moral hazzard, dimana money politic menjadi senajata ampuh untuk menggaet massa.

Lalu untuk menciptakan stabilitas politik dan efektifitas pemerintahan di tingkat lokal, ternyata hal itu hanya menjadi impian. Karena sudah dijelaskan bahwa terdapat Kepala Daerah yang harus menaati kontrak dengan perusahaan yang menjadi sponsor Kepala Daerah tersebut, sehingga akan menimbulkan praktek kolusi dan nepotisme dalam menentukan kebijakan.

Adapula untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas seleksi kepemimpinan nasional karena masih terbuka peluang bagi munculnya pemimpin – pemimpin nasional yang berasal dari bawah dan/atau daerah, karena kemudahan untuk menjalankan politik transaksional, dapat menjadi jaminan bahwa tidak akan ada pemimpin daerah yang kredibel jika praktek seperti itu masih jamak terjadi.

Yang terakhir adalah sebagai wadah dimana masyarakat lokal menyalurkan aspirasi politiknya untuk memilih pemimpin daerah sesuai dengan hati nuraninya masing – masing, hal ini sangat sulit untuk direalisasikan karena akan ada tim bayangan yang berada di belakang Kepala Daerah yang menganut politik transaksional, sehingga tiap kebijakan dan keputusan akan dengan mudahnya di setir.

Akhir kata, rangkaian tulisan Dilema Pemilukada Di Indonesia masih sebatas riset kepustakaan. Dari membaca buku, koran, jurnal, dan berbagai artikel online. Sangat minim. Namun keterbatasan tidak akan menyurutkan semangat penulis untuk terus memberikan pandangan dan pendapat demi terselenggaranya sistem demokrasi yang pancasilais, yang tidak menjadikan uang sebagai yang maha esa. Feedback sangat penulis harapkan, baik dari segi penulisan ataupun isi materinya. Jaya selalu Indonesiaku.

VIVA JUSTICIA!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun