Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kebahagiaan dan Masa Depan Kita Bukan Ditentukan oleh Omongan Tetangga

3 Mei 2021   16:54 Diperbarui: 12 Mei 2021   14:22 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gosip antar tetangga (Sumber: shutterstock.com)

Keempat unsur sifat manusia di atas yang dikenal dalam suku batak merupakan akar dari seseorang yang suka ngomongin orang, bahkan menjelek-jelekkan orang di belakang.

Orang yang memiliki karakter seperti HOTEL itu ketika bertemu dengan orang yang memiliki karakter yang sama akan muncullah yang namanya omongan tetangga atau bisik-bisik tetangga.

Punya sifat buruk HOTEL tadi menjadi pemicu dan pendorong seseorang itu untuk selalu gosipin orang atau omongin orang yang mengarah kepada tindakan menjelek-jelekkan tetangganya tanpa ada penyebab yang dilakukan oleh orang yang menjadi objek dari omongan tetangga itu.

Gosip tetangga (Sumber: twitter.com/@bisikt)
Gosip tetangga (Sumber: twitter.com/@bisikt)
Banyak hal yang diomongin dari diri seseorang yang menjadi objek omongan mereka. Mulai dari sifat hingga apa yang dimilikinya baik itu pekerjaannya, kekayaannya dan lain sebagainya. Pokoknya apa saja bisa jadi bahan objek omongan tetangga.

Saya juga termasuk orang yang menjadi objek dari omongan tetangga di tempat kami tinggal. Di lingkungan kami tinggal, ada beberapa ibu komplek yang profesinya hanya sebagai ibu rumah tangga, di mana setiap harinya selalu ngerumpi di rumah salah satu dari mereka.

Hal itu kami ketahui dari salah seorang tetangga kami sebut saja si "A", yang menanyakan kepada kami apa benar seperti yang diomongkan oleh ibu-ibu komplek kami itu jika kami tidak memberikan apa-apa pada saat Natal tahun lalu. Itu mengapa pembantu kami tidak bekerja lagi di rumah kami seperti biasanya karena mengatakan tidak menerima sesuatu hadiah natal.

Begitulah omongan tetangga terhadap saya dan istri saya yang hendak ditanyakan oleh si "A", tetangga kami yang tidak sengaja ikutan nimbrung tersebut.

Pada saat mendengar cerita tetangga kami si "A", saya cukup meresponnya dengan hati dan kepala dingin dan tidak langsung tersulut emosi sehingga saya bisa menjelaskan dengan lugas kondisi yang sebenarnya.

Dalam hati saya bertanya, apa urusannya ibu-ibu komplek tentang hal itu. Tapi ya sudahlah, saya hanya tertawa simpul menanggapinya. Karena pada saat itu saya selalu memegang kalimat bahwa ketika kita diomongin orang atau tetangga, itu tandanya saya itu selangkah lebih maju dari mereka.

Dan ketika menghadapi situasi diomongin oleh tetangga, hal yang utama adalah berusahalah untuk merespon omongan tetangga itu dengan bijak dan selalu berusaha untuk tidak menanggapi dengan serius.

Karena ketika menanggapinya dengan serius, bisa-bisa menyulut emosi kita yang bisa mengakibatkan kita jadinya berantam dengan tetangga dan membuat disharmoni bertetangga. Bahkan yang paling fatal, bisa menjurus kepada tindakan yang menyakiti secara fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun