Saat itu langit tidak begitu cerah, matahari bersinar seadanya seolah tidak ingin menunjukkan wajahnya.
Memantapkan hati untuk melakukan tindakan rapid antigen dengan segera demi sebuah kepastian atas gejala yang menunjukkan belum terpapar atau sudah.
Tidak ada keterkejutan apalagi syok ketika melihat garis 2 sesaat setelah dilakukan tes rapid antigen.Â
Sudah menyadari sedari awal dari gejala yang dialami yang mengarah gejala terpapar covid-19.Â
Dan ternyata apa yang menjadi kecurigaan selama beberapa hari terjawab sudah.
Hanya bisa pasrah dan berserah tetapi tidak putus asa. Apa harus ditangisi atau disesali? Ya ngak juga.Â
Yang penting ada ketenangan dalam batin bahwa kekhawatiran dan tanda tanya tidak lagi mendera.
Begitu sekelumit cerita pembuka dari seorang teman sebut saja namanya Budi. Kenapa harus Budi, ya karna Budi adalah representasi untuk sebuah penamaan.
Memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri, bukan karena atas dasar pilihan dari diri sendiri, tetapi memang sudah menjadi kewajiban mengikuti anjuran dokter untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Tidak lagi melakukan tindakan lebih lanjut yaitu dengan melakukan tes PCR, karna akan membuang-buang waktu dan tenaga serta biaya, pilihan isolasi mandiri adalah pilihan yang tepat.