Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersepeda di Masa Pandemi: Olahraga atau Sekedar ikutan Pop Culture??

29 Juni 2020   14:36 Diperbarui: 29 Juni 2020   16:58 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjaga kesehatan itu penting. Apalagi di situasi masa pagebluk sekarang yang menuntut daya tahan tubuh tetap kuat dan sehat menjadi modal utama untuk tidak mudah terserang virus corona. Virus covid-19 sudah membuat psikologis setiap orang di negara ini menjadi takut terkena. 

Sebagai upaya pencegahan untuk tidak terhindar dari penularan covid-19, masyarakat beramai-marai menjaga kesehatan dengan berolahraga di waktu luang apalagi di saat-saat work from home diberlakukan dan penerapan psbb di kota yang tingkat penyebaran covid-19 tinggi.

Akhir-akhir ini kita melihat sebuah fenomena terjadi disetiap daerah. Orang-orang pada menyukai olahraga bersepeda. Tren di satu kota segera menyebar ke berbagai daerah di indonesia. tren bersepeda seketika mendongkrak penjualan sepeda meningkat tajam akibat permintaan akan sepeda yang meningkat.

Pertanyaannya sekarang, mengapa sepeda yang dipilih untuk berolahraga? Kenapa tidak jalan sehat atau sekedar lari lari di stadion atau di komplek yang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan olahraga atau olahraga. Atau karna Presiden kita juga suka bersepeda dan suka bagi-bagi sepeda kali ya.

Menurut pemberitaan sejumlah berita online, bersepeda pertama kali menjadi sebuah fenomena ketika Negara-negara di seluruh Eropa mulai menggagas gerakan bersepeda untuk membuat orang bergerak lagi, setelah pihak berwenang melonggarkan pembatasan selama berminggu-minggu akibat pandemi Covid-19. Seketika fenomena ini menyebar ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.

Melansir laman Lonely Planet, sepeda juga jadi moda transportasi yang belakangan diandalkan warga Barcelona, Spanyol, untuk beraktivitas di luar ruang, mulai dari bekerja sampai pergi hangout. Pun sama halnya di Brooklyn, New York, Amerika Serikat.

Berdasarkan studi Trek Bicycle terbaru, 85 persen warga Amerika percaya bahwa di masa pandemi, bersepeda lebih aman daripada menggunakan transportasi umum, terlebih di beberapa wilayah masih ada pembatasan transportasi umum yang membuat waktu perpindahan kian lama.

Alhasil lonjakan penjualan sepeda meningkat drastis hingga diatas 100 persen. Bukan hanya di negara-negara Eropa, lonjakan penjualan sepeda juga mengalami peningkatan di berbagai kota di Indonesia hingga mencapai 75 persen.

Apa ini yang disebut sebagai pop-culture atau budaya populer? Dalam arti secara sederhana sebuah tradisi, ide, perspektif, perilaku dan fenomena lainnya yang dipilih untuk konsumsi massal dalam arus utama. Fenomena bersepeda yang terjadi di negara Eropa seperti Perancis, pemandangan pesepeda lalu lalang di jalan mulai tampak di Berlin, Jerman sontak sampai ke berbagai belahan dunia termasuk indonesia.

Balik ke pertanyaan yang tadi, mengapa sepeda yang jadi pilihan untuk berolahraga? Pertanyaan yang mendasar adalah apakah setiap orang yang bersepeda di indonesia ini memilih bersepeda murni berolahraga atau hanya sekedar ikutan tren yang lagi hapening ?

Di tempat dimana saya tinggal, setiap sore dijalanan selalu tersuguh pemandangan pesepeda. Ada yang sendirian, ada yang bersama keluarga dan ada juga yang berkelompok. Bukan hanya orang tua saja, tapi lebih dominan generasi milenial. 

Secara kasat mata, mereka bersepeda bukan hanya olahraga saja tapi sekalian menjadi ajang untuk seru-seruan bersama teman-teman. 

Mereka rela merogoh kocek sebesar 50 ribu rupiah untuk menyewa sepeda seharian karena lebih hemat dibanding membeli. Tentu akan butuh uang banyak juga jika bersepeda dengan menyewa dilakukan setiap hari atau paling tidak 3 kali seminggu. Apabila 3 kali seminggu maka akan mengeluarkan biaya paling sedikit 600 ribu selama sebulan.

Muncul dalam benak, apakah diusia mereka yang masih muda memilih bersepeda apakah karena didasari alasan memaknai kesehatan itu dengan benar atau hanya karena didasari mengikuti tren yang kekinian?

Tapi menurut penulis, fenomena ini hanyalah berifat sementara yang akan bertahan dalam beberapa bulan. Mungkin tidak akan langsung berhenti dan berangsur-angsur akan berkurang jumlah dan intensitas pesepeda dari yang ada sekarang. 

Karna itu tadi, kegiatan bersepeda dilakukan karena hanya sekedar mengikuti tren budaya populer dari negara-negara maju yang diikuti oleh negara-negara berkembang. Pendapat ini juga didukung oleh ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia Rudiyono yang menilai momentum ini bersifat situasional atau hanya bertahan beberapa bulan.

Pesatnya perkembangan teknologi dan konten-konten di media sosial, turut menjadi faktor yang membuat kita mudah terpengaruh untuk mengikuti apa yang lagi tren saat ini. Biar dibilang kekinian, kita mengikuti apa yang sedang hapening. Biasanya public figure menjadi arus utama yang membuat sebuah kebiasaan menjadi fenomena yang diikuti oleh banyak orang.

Tapi apapun itu alasannya, bersepeda sudah menjadi life style masyarakat indonesia di masa new normal sekarang ini terlepas dari alasan yang mendasari apakah itu dengan alasan yang benar atau hanya sekedar ikutan yang lagi hapening.

Yang paling penting saat ini, bagaimana pesepeda bisa aman selama bersepeda di jalan dan tidak mengganggu pengendara yang lain, mungkin pemerintah bisa menanggapi dengan membangun jalur khusus untuk pesepeda sehingga tidak mengganggu pengendara di jalan raya. Ketika hal ini tidak direspon dengan membuat jalur khusus untuk pesepeda tentu tidak tertutup kemungkinan ketika pesepeda melintas di jalan raya bisa mengganggu pengendara yang lain bisa mengakibatkan kecelakaan.

Fenomena ini juga sudah membawa hal positif dimana orang-orang pada mengandrungi bersepeda untuk menjaga kesehatan. Tidak hanya kesehatan yang dapat terjaga, fenomena bersepeda ini juga melahirkan usaha baru yaitu rental sepeda. Memberikan penghasilan baru selama situasi pandemi ini berlangsung.

Apakah tren ini dapat berlangsung lama atau hanya bersifat sementara, hanya waktu yang bisa menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun