Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keperkasaan Dolok Martimbang

16 Mei 2018   12:09 Diperbarui: 16 Mei 2018   12:29 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah setahun waktu terlewati, keluarga itu tidak sunyi lagi, mereka telah kehadiran seorang anak perempuan yang cantik. Istrinya baru saja melahirkan. Dan isak tangis pertama kali memecah suasana yang ruangan itu yang penuh dengan kegelisahan dan rasa sakit yang dirasakan oleh istrinya. 

Akhirnya, senyum diwajah perlahan bergaris diwajah, menandakan rasa bahagia yang mendalam setelah sembilan bulan dalam penantian. Hari berlalu, suasanan keluarga semakin ceria seiring semakin bertumbuhnya si butet (bayi perempuan). 

Kegembiraan demi kegembiraan tak terasa membuat mereka melalui hari demi hari tanpa terasa berlalu. Selama mereka tinggal di puncak Dolok Martimbang itu, pak Budiman itu penasaran untuk menyusuri setiap lekukan jalur jalur dakian dari dolok martimbang itu. begitu terus menerus dia lakukan hingga tidak ada sedikit pun jalur yang tidak diketahui oleh si Bapak. 

Pak Budiman membagi kondisi jalur dolok mertimbang kedalam tiga kawasan. Kawasan satu merupakan kawasan yang masih aman dari hal-hal yang berbau gaib. Lalu memasuki kawasan kedua, sedikit ada unsur magisnya, dan sampailah kepada puncak kawasan ketiga. 

Ada hal-hal di kawasan ketiga ini yang tidak terlihat dan tidak dapat diketahui oleh manusia. Menjadi akrab dengan kondisi alam dolok martimbang itu, menjadikan pak Budiman sebagai juru kunci dolok martimbang. Tidak terasa anak-anaknya sudah tumbuh menjadi remaja. Anak laki-lakinya, sihot sangat suka menikmati tinggal disitu. 

Hari itu, hari yang sangat mengejutkan bagi Sihot. Bagaimana tidak, pada hari itu, dia sedang melakukan pekerjaannya mencuci piring dibelakang rumah mereka. disitu ada sambungan pipa air leding yang mereka gunakan untuk mencuci dan kebutuhan sehari hari. Satu demi satu piring dia cuci dengan sabun dan dia bilas dengan bersih. Tidak terasa piring cuciannya hampir habis dan tersisa dua lagi. asyik dengan cuciannya, tidak sengaja dia menoleh ke belakang. Dann... dia melihat binatang besar berbulu lebat mirip seperti orang utan sedang memperhatikannya sedari tadi. 

Binatang itu berdiri dekat pagar kawat duri yang dibuat keliling untuk menjadi pembatas sekaligus pelindung kalau sekiranya ada binatang buas. Sihot memperhatikan binatang itu berdiri dan sambil menguncang-guncangkan pagar kawat duri itu dan pandangannya pun terlihat memperhatikan sekelilingnya. Ternyata binatang hitam berbulu lebat itu tidak sendirian, ada teman-temannya yang lain yang berdiri di sebelah kiri dan kanan dan dibelakangnya tidak jauh dari binatang yang pertama yang dilihatnya. 

Mereka mengguncang-guncangkan pagar kawat duri itu terus menerus sambil mengeluarkan suara suara yang aneh.." IBBO...IBBO...IBBO..." begitu lah bunyi suara yang keluar dari mulut binatang besar hitam dan berbulu lebat itu. kepolosan yang ada pada dirinya sebagai seorang pria remaja, tidak muncul rasa takut pada dirinya.

Melainkan rasa penasaran dan ingin menghampiri binatang itu muncul dalam dirinya. karena rasa penasaran dan kepolosannya, sihot melangkah maju untuk menghampirinnya. Beberapa langkah dia maju, binatang itu memiliki reaksi yang sama seperti semula, berdiri dan menggoyang-goyangkan pagar kawat duri itu dan bersuara satu sama lainnya. selangkah demi selangkah dia maju lagi hingga jarak nya hanya tinggal dua langkah lagi dari binatang itu. tetapi binatang itu tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. Hanya tetap reaksi menggoyangkan pagar kawat duri itu dan bersuara "ibbo,,,ibbo,,,ibbo".

Dia beranikan dirinya dan maju dua langkah lagi sampai jaraknya hanya dipisahkan oleh kawat duri yang menggulung keliling itu. dia mengulurkan tangannya hendak mengelus badan binatang itu. Melihat tidak ada reaksi dari binatang itu, dia pun mengulurkan tangannya penuh dan menyentuh bulu dari binatang. Perlahan ketika jari jemarinya menyentuh tubuh dari binatang itu, binatang itu terlihat sangat menerima sentuhan jari jemari sihot. 

Hitungan menit dia terdiam menunggu reaksi atas sentuhannya itu, dia pun mulai mengelus perlahan bulu bulu binatang itu. binatang itu merasa senang dan sebentar sesudah itu mulai diam dan berhenti mengguncang-guncangkan. Elusan-elusan itu membuat binatang itu menjadikan dirinya merasa disayang oleh Sihot. Itulah awal Sihot merasa dekat kepada binatang itu.. setelah beberapa menit mengelus, binatang itupun kembali kesarang nya. Dan tidak terlihat lagi olehnya. Dia pun kembali menyelesaikan cuciannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun