Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sudah Selayaknya Hatta Rajasa Meniru Langkah Umar bin Khattab

4 Januari 2013   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:32 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah kepemimpinan tidak ada yang meragukan lagi terhadap sosok yang bernama Umar bin Khattab. Banyak taudalan yang telah diberikan olehnya. Umar bin Khattab adalah pribadi yang sederhana, rendah hati tetapi juga terkenaltegas dan keras. Dua watak yang yang saling berlawanan tetapi dapat menempatkan secara benar dan proporsional. Untuk urusan penegakan hukum Umar memang jagonya, keadilan di atas segalanyatidak peduli kepada siapa saja termasuk anak kandungnya sendiri.

Umar bin Khattab mempunyai beberapa anak lelaki diantaranya adalah Abdul Rahman bin Umar, ia juga dikenal dengan panggilan Abu Syahamah. Suatu ketika anak muda ini pergi bersenang-senang bersama teman-temannya. Dan rupanya kebablasan sampai meninum minuman keras segala. Dalam keadaan mabuk putra sang kalifah ini bertemu dengan seorang peremuan. Rupaya godaan syetan telah mengalahkannya, ia menggauli perempuan itu, yang dikemudian hari ternyata menyebabkan hamil.

Ketika bayi hasil “hubungan” itu lahir, perempuan itu mengadukannya kepada khalifah yang tidak lain adalah ayah Abu Syahamah sendiri, Umar bin Khattab. Ia menyerahkan bayi itu kepada khalifah karena Umar yang yang lebih bertangung jawab merawatnya dari pada dirinya. Umar pun heran mengapa dirinya yang diberi tanggung jawab. Perempuan itu menjelaskan bahwa bahwa bayi ini mengalir darah Umar melalui Abu Syahamah. Umar pun terkejut dan meminta perempuan itu berterus terang apa yang sebenarnya terjadi.

Ahirnya perempuan itu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau. Umar sempat ragu dengan cerita perempuan itu, barulah Umar yakin setelah perempuan itu berani bersumpah atas nama Allah dan di bawah Al Quran. Umar sangat sedih mendengar cerita perempuan itu, ia pun memberi kompensasi kepada perempuan itu dengan uang dan beberapa helai kain. Langkah selanjutnya adalah bukan menutup kasus itu tetapi tetap meminta pertanggungjawaban perbuatan anaknya itu. Umar punmengkonfirmasi kepada anaknya tentang perbuatannya itu, dan anaknya mengakui perbuatannya.

Akhirnya Umar bin Khattab bersikap tegas tidak peduli itu anaknya harus diadili dan ternyata dinyatakan bersalah. Umar perintahkan mencambuk anaknya itu 10 kali, secara bertahap Umar terus perintahkan mencambuknya 10 kali berikutnya.Akhirnya Abu Syahamah tidak kuat lagi, sebelum cambukan ke 100 Abu Syahamah menghembuskan nafas terkhir, dan Umar masih memerintahkan satu cambukan lagi sehingga genap 100 cambukan. Kisah Umar dan anaknya ini banyak diceritakan sebagai suatu kisah teladan, betapa tegaknya keadilan itu. Umar pun juga manusia biasa, sebelum meninggal Umar sempat berkata kepada anaknya, “Bahwa ini memang berat bagimu dan untukku, tetapi ini yang terbaik bagimu dan untukku,”. Setelah itu Umar pun menangis kapasitasnya sebagai ayah bagi anaknya. Link cerita lengkapnya.

***

Awal tahun ini publik di suguhkan berita bahwa seorang putra bungsu dari Hatta Rajasa yang mengendarai mobil menabrak mobil didepannya sehingga terjadi korban jiwa. Kedudukan Hatta Rajasa adalah pejabat tinggi negara, Menko Perekonomian, Ketum PAN, dan besan dari presiden pula. Tanpa harus mendapat desakan public memang seharusnya Hatta Rajasa mengambil sikap apa yang pernah dilakukan Umar bin Khattab ini, dengan pertimbangan:

Pertama, sebagai suri tauladan bahwa siapapun juga setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum. Hatta Rajasa harus memberi contoh yang baik tidak saja kepada masyarakat, yang paling penting adalah kepada para pejabat agar tidak memanfaatkan jabatannya untuk berlindung dalam kasus hukum. Dan ini adalah mementum untuk membuktikan bahwa hukum ini masih berjalan baik, tidak saja tajam ke bawah tetapi juga tidak tumpul ke atas.

Kedua, penegasan figur Hatta Rajasa selama ini. Perlu diketahui bahwa semasa menjadi mahasiswa ITB Hatta Rajasa adalah aktivis Masjid Salman Bandung yang terkenal militansi keIslaman yang cukup tinggi. Sang pengggiat masjid Salman adalah Imaduddin Abdurrahim yang kerap disapa bang Imad ini dikenal dengan didikan yang “keras” dan tanpa kompromi. Bang Imad pun pernah merasakan berada di jeruji besi karena berseberangan dengan pemerintah orde baru kala itu. Bang Imad adalah pengangum Umar bin Khattab, maka dari itu cerita tentang Umar sudah pasti tidak asing lagi bagi Hatta Rajasa. Cerita yamg tidak saja dikagumi tetapi jugan diimplementasikan.

Langkah awal yang dilakukan Hatta Rajasa perlu diapresiasi adalah memperhatikan korban perbuatan anaknya itu. Ia meminta maaf dan menyesal atas peristiwa itu, dan Hatta pun memberi santunan dan ganti rugi. Langkah ini pula sama yang dilakukan Umar kepada perempuan yang menjadi korban perbuatan anaknya itu.

Yang ditunggu publik adalah ketegasan Hatta dalam menyerahkan anaknya dalam proses hukum.Memang benar ada pernyataan bahwa Hatta akan menyerahkannya kepada hukum yang berlaku. Tetapi kenyaataannya bahwa anaknya tersebut masih diperlakukan secara khusus.Andai ia bukan anak Hatta Rajasa, polisi sudah pasti menahannya. Hatta Rajasa Harus berani berbuat yang luar biasa sehingga polisi tidak ewuh pakeweh, jika perlu Hatta sendiri yang mengantarkan anaknya ke kantor polisi untuk segera diproses.

Walaupun ada upaya damai dengan pihak korban, bahwa tidak berarti kasus hukumnya dihentikan. Ini bisa kita lihat pada kasus Saiful Jamil -kejadiannya hampir mirip- yang tetap diproses dan dinyatakan bersalah. Kita tidak bermimpi muluk-muluk bahwa anaknya akan dihukum berat seperti hukuman jika dijatuhkan ke warga biasa. Paling tidak jika dinyatakan bersalah adalah suatu angin -sedikit- segar tentang penegakan hukum di Indonesia. Kita berharap Hatta Rajasa bersikap seperti Umar yang “merelakan” anaknya.Ini pula ujian Hatta Rajasa sebelum masuk kekuasaan yang diinginkannya, menjadi presiden. Kasus yang menerpa anaknya bisa membuat pamornya naik atau justru merosot tergantung Hatta dalam mensikapinya. Jika Hatta Rajasa bersikap benar dan tegas patut diapresiasi, jika tidak maka kita sebagai rakyat harus benar dan tegas pula ketika memilih pemimpim.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun