Hotel memang utamanya diperuntukkan untuk tempat penginapan. Namun ada kalanya dalam sisi ruang tertentu juga mengambil segmen bukan buat tamu. Hal ini yang dilakukan Hotel Riche dengan mengembangkan Angkringan Oey. Yaitu tempat nongrong yang nyaman berada di tengah kota.
Konsepnya berada di luar ruangan. Dengan meja berjumlah 4-5 buah. Untuk jam bukanya mulai dari pukul 3 sore sampai 11 malam. Nongkrong malam semakin syahdu karena diiringi live music untuk menyegarkan suasana. Untuk harga makanan dan minumannya pun cukup terjangkau, mulai dari 7-15 ribu rupiah saja.
Mengunjungi Hotel Riche ini, jika mau menerung sejenak kita bisa belajar akan banyak hal, terutama pelajaran sejarah dari berbagai sisi. Bahwa ternyata sejarah yang pernah tertuang di masa lampau sudah selayaknya dipertahankan, baik itu berupa fisik dan non fisik. Bangunan tua sudah selayaknya dijadikan cagar budaya, dan tidak dibongkar begitu saja.
Dengan melihat bangunan tua selain belajar masa lalu juga bisa menjadi bahan intropeksi diri. Seperti pelajaran bahwa sesuatu tidak ada yang abadi. Maka seyogyanya kita tak perlu menyombongkan diri. Sesuatu yang hari ini dikatakan mewah, belum tentu juga akan sama 10 tahun mendatang. Dan sisa kejayaan itu akan bisa menjadi pelajaran di masa datang.
Menyandang dan menyatakan diri sebagai hotel heritage tentu sangat berat memikulnya. Bagi pecinta sejarah tentu akan mendapatkan apresiasi sendiri. Dan bagi kaum millennial dapat melecut kesadaran akan perjalanan sejarah bangsa tempo lalu. Dengan melihat bangunan tua, mereka akan bisa membanyangkan bagaimana suasana zaman kakek-bunyutnya di masa lalu.
Warga Kota Malang pun mempunyai kebanggaan tersendiri, bahwa ada pihak yang mau melestarikan bangunan yang dianggap kuno. Yang sedikit banyak akan mampu mempertahankan jati diri kotanya yang tak sekadar latah akan modernisasi.