Mohon tunggu...
Chairun Abdullah
Chairun Abdullah Mohon Tunggu... -

Anak Petani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LGBT di Indonesia Belum Ada Judul

28 Juni 2014   12:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Keberadaan LGBT ini sudah ada sejak zaman dahulu, dan cenderung merupakan sifat bawaan yg kebanyakan dipengaruhi oleh garis keturunan ( bawaan dari lahir ). Namun ada juga sebagian anak manusia yang mengalami kelainan orientasi seksual ini disebabkan oleh factor pergaulan ( pengaruh social ). Di beberapa Negara di dunia, sudah ada yang memberikan perlindungan hukum serta kesetaraan hak bagi kelompok LGBT dengan warga negara lainya. Sebut saja belanda misalnya, Negara ini dianggap sebagai surga bagi komunitas yang termarginalkan di Negara – Negara islam ini. Konstitusi belanda memberikan peluang untuk legalitas pernikahan sesama jenis dan bahkan memberi peluang bagi pasangan sesama jenis untuk mengangkat anak asuh. Demikian juga dengan amerika, yang lebih dipertegas dengan dengan instruksi presiden obama unt memberikan perlindungan Hak Asasi bagi para LGBT.

Berbeda dengan Negara – Negara barat, mayoritas Indonesia memiliki pandangan tersendiri tentang keberadaan komunitas ini, bahwa apapun alasan dan dari manapun datangnya kelainan orientasi seksual tersebut tetap saja dianggap sebagai suatu sifat bejat yang tidak bermoral. Sehingga sangat sedikit ruang yang dapat menerima kelompok yang berkelainan orientasi seksual ini secara terbuka dan menghargainya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari serangkaian makhluk ciptaan tuhan lainya. Akan tetapi sebaliknya masyarakat hampir di seluruh pelosok negeri ini justeru lebih ekstrim menganggap bahwa kehadiran mereka merupakan biang datangnya bencana dan malapetaka. Fenomena masyarakat yang memandang kelompok LGBT dengan sebelah mata ini tidak terlepas dari “Pelabelan” negativ agama yang kemundian hari ini telah menjadi budaya dan kebenaran umum yang sulit terbantahkan. Sehingga tidak berlebihan jika penulis mengatakan bahwa Indonesia merupakan mimpi buruk bagi para penganut LGBT.

Penolakan yang dibarengi dengan pelabelan buruk bangsa Indonesia terhadap komunitas LGBT tidak kemudian menghilangkan ataupun mengurangi keberadaan komunitas ini di Indonesia. Justeru jika diamati secara seksama, keberadaan kelompok ini semakin banyak dan menyebar dan bahkan merata di seluruh pelosok negeri ini. Ini menandakan bahwa ada yang salah dengan pola penolakan ataupun pelabelan yang dilakukan bangsa ini terhadap komunitas yang dianggap bejat ini. Sebab semakin mereka ditolak dan dinafikan keberadaanya, semakin banyak dan berkembang keberadaannya. Walaupun Negara sendiri belum memberikan perhatian khusus dan bahkan cenderung tidak memberi ruang bagikelompok LGBT, namun keberadaan mereka tetap tidak bisa kita nafikan eksistensinya di setiap lini dan sudut – sudut ruang di negeri yang bhineka tunggal ika ini.

Pada akhirnya penulis perlu memberi penegasan bahwa, Terlepas dari sikap penolakan penulis terhadap perilaku menyimpang sekelompok orang ini, namun sepatutnya juga kita memandang mereka sebagai manusia yang seharusnya tetap memiliki hak unt “dimanusiakan”. Harus kita pahami bahwa Negara ini merupakan Negara yang menjunjung tinggi perbedaan dan memiliki konstitusi yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Sehingga tidak sepatutnya atas nama agama, atau label kebenaran apapun sekelompok manusia melakukan penyiksaan dan menebar kebencian terhadap kelompok – kelompok manusia yang lainya. Dan untuk menghindari perilaku sewenang – wenang kelompok lain terhadap komunitas LGBT dipandang perlu adanya aturan khusu yang “menghusus” tentang keberadaan mereka yang sudah tidak bisa dinafikan eksistensinya serta keberadaanya di Indonesia. Bukan sifat Lesbi, Gay, Bisexual ataupun Transgender_nya yang wajib kita lindungi, melainkan keberadaanya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam rangka Memanusiakan mereka sebagai Manusia.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun