Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dengan Cara Ini Penyakit Jarang Gerak Bisa Dihindari

7 September 2020   00:04 Diperbarui: 7 September 2020   00:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Malam ini, sekitar pukul 22.00, di tanggal 6 September, sejenak saya terdiam. Duduk di depan laptop yang masih tertutup. Hati saya berucap, "Mau apa nih? Nulis, nonton film, atau tidur?" Beberapa menit kemudian ada jawaban dalam diri saya, "Menulis sajalah, habis itu baru nonton film di laptop atau ponsel, baru tidur."

Sebelum buka laptop, saya bikin kopi. Ada makanan ringan, rengginan, di meja kerja, saya makan dulu sambil menyalakan laptop. Diselingi sruputan kopi saya sambungkan komputer jinjing ini dengan internet. Buka beberapa situs online, kemudian klik Kompasiana, dan saya melihat-lihat topik pilihannya.

Senyum kecillah diri saya ketika membaca judul topik pilihan ini, "Hati-hati Penyakit Jarang Gerak" berikut ilustrasi fotonya. Nah, foto itulah yang menggerakkan tulisan ini karena mengingatkan saya akan pengalaman beberapa tahun lalu. Kisahnya begini.
Waktu itu saya mendapat order bikin tulisan pendek, sekitar 400-500 kata, dari salah satu klienlah bisa dibilang begitu, untuk diunggah di media online-nya. Topik pilihannya dari si klien dan saya membuat sekitar 5 tulisan setiap hari. Saya bisa menyelesaikannya sesuai deadline sehingga si pemesan tulisan memperpanjang kerja sama.

Saya senang dipercaya orang lain karena pekerjaan saya. Namun, tiga bulan kemudian saya menghentikan kerja sama. Apakah karena honornya kecil? Apakah topik-topik tulisannya tidak menarik minat saya? Setidaknya bukan karena itu. Alasan yang tepat karena pinggang saya sakit, terasa linu, nyeri. Saya lalu menyadari bahwa saya jarang gerak, terlalu fokus untuk menyelesaikan pekerjaan, dan pikiran saya dipenuhi tekad jangan sampai membuat orang lain kecewa.

Setelah pengalaman tersebut saya kemudian mengatur waktu, tenaga, pikiran, hingga hati agar dalam proses berkarya tidak membuat saya sakit pinggang. Tidak juga membuat saya sakit perut. Tidak juga membuat saya sakit kepala. Tidak juga membuat saya stres. Semua itu saya jadikan pertimbangan utama saat ini jika mendapatkan pekerjaan dari orang lain, terutama yang berkaitan dengan aktivitas menulis di rumah.

Setidaknya beberapa hal saya lakukan agar tetap sehat berkarya di rumah. Selain membatasi jumlah tulisan yang saya buat, saya juga memperhatikan aspek "bersenang-senang", faktor kegembiraan dalam berkarya, sehingga saya bisa lebih mudah menjauh dari penyakit. Jika saya bisa berkarya dengan gembira maka kerja di rumah bisa lebih produktif, sehat, dan menyenangkan. Itu setidaknya tips yang bisa saya berikan, jika kita ingin tetap sehat dan bugar saat banyak beraktivitas di rumah.

Agar saya tidak terjebak pada "jarang gerak" itu yang bisa memicu berbagai penyakit, seperti nyeri punggung, sakit pinggang, perut tak enak, hingga stres, hal-hal sederhana bisa dilakukan. Pertama sih, jangan lupa minum air putih secukupnya, jangan sampai kembung. Lakukan pekerjaan dapur, misalnya cuci piring, bergantian dengan anak-anak dan istri. Itu saya lakukan biar saya ada gerakan, tidak diam saja.

Tips sederhana lainnya, jangan lupa untuk jalan-jalan. Apakah harus ke mal? Tidak. Jalan saja ke warung, dari warung yang terdekat dari rumah hingga yang agak jauh. Saya melakukannya hampir setiap hari, untuk beli kopi atau roti misalnya. Sebisa mungkin jangan beli rokok karena rokok tidak baik untuk kesehatan, apalagi sudah jarang gerak, rajin merokok pula. Makin senanglah si penyakit datang. Sengaja saya tidak meminta anak ke warung agar saya bisa sejenak waktu menggerakkan kaki-kaki ini, biar tidak kaku atau kram karena banyak duduk.

Untuk lebih memberi keseimbangan akibat jarang gerak karena aktivitas kerja di rumah, rutinlah refreshing. Relaksasi. Bisa dalam bentuk jalan-jalan sore setiap minggu di tempat-tempat nyaman sekitar rumah atau sekadar menyambangi pusat perbelanjaan. Cuci mata kata orang zaman sekarang atau mencari inspirasi baru dalam suasana rileks.

Itu setidaknya yang saya lakukan. Anak saya, lain lagi ceritanya. Untuk mengatasi gabut (bosan) di rumah dan biar tidak jarang gerak, anak perempuan saya ngedance di rumah. Kebetulan putri saya penggemar dance K-Pop. Hampir semua artis Korea dikenalnya dengan baik. Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, putri saya secara rutin seminggu sekali ke mal untuk bertemu rekan-rekan komunitasnya, dan berlatih tarian modern dari Negeri Ginseng itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun