Apakah Anda benar-benar  yakin sudah pernah merasakan cita rasa bakmi Jawa yang sesungguhnya? Mencicipi bakmi godok/goreng dengan bahan  bakmi buatan penjualnya sendiri?
Mungkin kami  termasuk  beruntung saat diajak makan siang teman semasa SMP, Mas Winarno. Ia bersama keluarga tinggal di desa Mojosari, Baka, Prambanan.
"Ayo Mas kita jalan-jalan cari makan di sekitar situs Baka. Tapi  tidak  ke atas sana. Sangu-nya tidak cukup," ujar Mas Winarno, tangannya menunjuk ke atas perbukitan sambil tertawa kecil. Tidak jelas makna ketawanya itu, hanya terdengar agak aneh.
Sejurus kemudian Mas Winarno dan istri, Â Mas Hadi, Mbak Susetyowati, Farel, Ibu Negara Omah Ampiran, dan saya sudah berada di dalam mobil menyusuri pereng bukit Prambanan.
Sambil mengemudi, Mas Winarno menjelaskan kalau bangunan di atas pereng Prambanan itu berupa hotel dan tempat makan mewah: ada Marananta Hotel, Abayagiri, Kandari, dan Spot Riyadi.
Bakmi Jawa Pak Ari" sampai akhirnya berhenti di pereng wetan, tepat di bawah Marananta Hotel yang berada jauh di atas pereng.
Mobil terus blusukan ke arah kaki pereng Prambanan. Masuk ke desa dengan tanaman ijo royo-royo. Kami setia mengikuti papan petunjuk arah "
Bangunan lawas dengan beberapa lincak berwarna agak kusam di halaman depan menyambut kedatangan kami. Tak ada yang istimewa kecuali tulisan mencolok di pintu masuk sebelah dapur: Bakmi Jawa, mie buatan sendiri, ayam kampung, telur bebek, minyak jagung.
Keistimewaan warung bakmi jawa yang dirintis Mas Ari Wibowo (42) sejak tahun 2019, memang terletak pada bahan dasar mie yang diolah sendiri. Keluarga besar Mas Ari dikenal sebagai pembuat mie secara turun-temurun. Mie diolah menggunakan tepung terigu, Â tapioka, telur, dan garam.
"Bakmi di sini buatan sendiri, tanpa bahan pengawet. Rasanya berbeda dengan bakmi di tempat lain," jelas Yogi, salah seorang juru masak didikan Mas Ari.