Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mereka Berlagak dalam Lagu Pagi

22 Februari 2023   06:13 Diperbarui: 22 Februari 2023   06:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: inakoran.com

Pagi sekali, nyanyian ternak-ternak di kandang membangunkan. Lagu yang dinyanyikan sangat mengganggu pada pendengaran. Satu jenis ternak dengan nada dasar yang berbeda sehingga tone yang terdengar pun menjadi amburadul. Maka, tubuh ini pun mesti segera bergerak. Tone ternak-ternak itu mesti segera dihentikan dengan pakan. Ya, hanya itu yang dapat menghentikan mereka dari upaya memperdengarkan lagu dengan nada false itu.

Mereka pun akhirnya berhenti, mulut sudah beralih ke palungan berisi pakan. Lahap.Jadi, simpulannya lagu itu dinyanyikan sebagai panggilan kepada pemiliknya untuk segera memberi makan pagi. Mereka telah terlebih dahulu menikmati makan pagi, pemiliknya mandi pun belum sempat. haha...

Baca juga: Apa Itu A

Sesudah menikmati suasana itu, pemilik ternak beralih pada beberapa ekor ayam kampung, jinak. Mereka pun sudah turun dari pohon dimana ranting menjadi tempat bertengger. Cengkeraman pada ranting amat kuat untuk menahan tubuh sepanjang malam. Sering kali ada yang bersuara di tengah malam, entah itu sebagai gangguan atau sedang mengigau.

Pagi ini, ketika mereka turun pemiliknya menyodorkan makanan di tangan, berhubung hanya 5 ekor saja, sehingga mereka bergantian menikmati bijian beras dan jagung yang diberikan secara bergantian. Tempatnya yakni genggaman tangan. 

Selesai sudah memberi pakan pada mereka yang telah bernyanyi masing-masing di panggungnya. 

Pepohonan di sekitar rumah bagai tersenyum. Udara pagi pun amat sejuk setelah hujan mengguyur kampung ini pada hari sebelumnya. Hari sebelumnya, cuaca amat panas yang menyebabkan tempat-tempat becek menjadi kering. Cuaca yang demikian itu cukup menolong ketika orang berbondong-bondong pergi ke rumah duka. Di sana mereka mengikuti upacara subat dalam rangka menguburkan jenazah seorang kakek berumur 75 tahun. Ia meninggal dunia dengan meninggalkan isterinya, seorang anak perempuan yang telah bersuami dengan 3 orang anak laki-laki.

Para pengantar jenazah ke liang lahat basah kuyub, ketika di perjalanan hujan mengguyur. Kisah ini akan selalu dikenang khususnya oleh anak perempuan semata wayang itu, dengan suaminya, dan ketiga anak-anak mereka.

Pagi ini udara amat sejuk. Ada harapan kesejukan berlangsung sepanjang hari, tapi siapakah yang dapat mengatur kesejukan itu sepanjang hari? Mungkin hutan sekitar kampung ini dapat memberi jawab. 

Pagi ini, masyarakat kembali ke dalam rutinitas. Lonceng-lonceng kecil bertalu-talu di sudut-sudut kampung. Kelompok-kelompok kecil berbondong-bondong ke rumah tetangga yang ditunjuk untuk beribadah bersama. Anak-anak berangkat ke sekolah. Tiga unit PAUD menampung anak berusia di bawah 6 tahun; 3 unit SD menampung siswa 6/7-12 tahun; 2 unit SMP menampung siswa 12/13 -15 tahun, dan 1 unit SMA menampung mereka yang berumur 15/16 tahun ke atas. Kabar teranyar, kampung ini akan membangun  unit SMK Swasta Seni, Suatu perkembangan yang menarik.

SMK Swasta Seni yang dimaksud akan memberi ruang pilihan pada 

  • Seni Musik Klasik
  • Seni Musik Populer
  • Seni Tari
  • Broadcasting dan Film

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun