Mungkin ada yang mengatakan, Jokowi Yes, PDIP No! Di sisi lain, kader-kader PDIP mengatakan bahwa Jokowi merupakan produk partai. Jokowi dianggap sebagai kader PDIP yang menunjukkan ideal sebuah partai memang semacam itu. Di samping Jokowi ada ibu Risma yang merupakan 'temuan' PDIP. Sedangkan untuk Gerindra, mereka bisa berbangga dengan hasil temuannya, Ahok dan Ridwan Kamil.
Tentang yang pertama, bahwa Jokowi lebih menjual dibandingkan partainya barangkali bisa terlihat pada beberapa hasil survey. Jokowi selalu berada di tingkat atas sedangkan PDIP jauh di bawahnya. Lebih dari itu, tingkat keterpilihan Megawati sebagai ketua umum PDIP jauh di bawah Jokowi. hal ini agak berbeda bila dibandingkan elektabilitas Golkar dengan ketua umumnya. Partainya mendapatkan suara yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketuanya. Jokowi bagi PDIP memang menjadi semacam penyelamat dari ketidakpercayaan masyarakat pada partai. Sampai sekarang, umumnya partai kurang mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Sebelum menjabat sebagai wali kota solo Jokowi tidak banyak dikenal publik. Baru kemudian, ketika PDIP mengusungnya sebagai calon wali kota, beliau bisa menang tipis dengan lawannya. Dianggap kinerjanya memuaskan bagi masyarakat Solo, untuk yang kedua kalinya dia bisa menang telak dalam pemilihan. Di tengah perjalanan, beliau kemudian diikutkan juga oleh PDIP untuk menjadi calon gurbernur Jakarta. Seandainya PDIP tidak mencalonkan beliau, barangkali juga beliau tetap berada di kota Solo. Di sini jelas sebenarnya bahwa peran partai cukup besar.
Di solo, Jokowi sepi dari kritikan. Tidak seramai ketika di Jakarta. Bahkan, Jokowi seakan membawa aura perpecahan. Katakanlah, baru di Jakarta ada Jokowi Haters. Namun, tingkat keterpilihan Jokowi masih tinggi meskipun belum resmi dicalonkan. Desakan untuk Jokowi agar naik atau mencalonkan diri sebagai presiden kian besar. Di sini semakin tampak bahwa peran partai berusaha untuk diabaikan. masih banyak yang tidak rela bahwa keberhasilan Jokowi merupakan keberhasilan partai.
Yang menarik juga adalah bagaimana Rismaharini di Surabaya. Sepak terjang dan ketegasannya memukau masyarakat. Namun, seperti Jokowi popularitas Rismaharini tak berjalan beriringan dengan partainya. Apalagi disebut-sebut Risma pernah mau dimakzulkan oleh perwakilan daerah, termasuk PDIP. Belakangan, hal itu dianggap sebagai miskomunikasi politik semata. Mereka berdua seakan jadi boomerang untuk Partai.
Sebagai temuan partai, kiranya menarik bahwa kedua orang ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Yang satunya berasal dari lingkungan Pengusaha. Yang satunya lagi berasal dari lingkungan birokrat. Hal ini menunjukkan bahwa dari lingkungan apapun, bisa memunculkan tokoh-tokoh yang potensial sebagai pemimpin. Bahkan, kita tidak mendengar hingar bingar audisi dan konvensi dari PDIP. Hal yang agak berbeda sedang dibuat oleh Demokrat yang sedang menggelar audisi.
Ada perbedaan mencolok antara temuan PDIP ini dengan penjaringan yang dibuat oleh partai lain seperti Demokrat yang memberi kesempatan pada Gita Wiryawan serta Anies Baswedan dan PKB yang memberikan  kesempatan pada Mahfud MD dan Rhoma Irama ataupun PPP dengan Angel Lelga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI