Mohon tunggu...
Hermudananto
Hermudananto Mohon Tunggu... Dosen - Traveller and Nature Lover

Being an academician is his main role at the university, however teaching and learning about nature is the most important value for him. Spreading happiness and inspiration to people are one of his pleasures. Detail Bio: https://acadstaff.ugm.ac.id/Hermu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hidup Hemat ala Mahasiswa di Amrik...

16 Agustus 2020   18:34 Diperbarui: 16 Agustus 2020   18:35 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: homesnacks.net

Jika kita beranggapan makan tahu tempe akan menghemat pengeluaran kita sehari-hari di Indonesia, namun tidak jika kita tinggal di Amerika Serikat karena dengan harga yang sama saya sudah bisa membeli ayam mentah sekitar dua setengah kilogram seharga lima US dollar.

Gainesville, Florida, di sanalah saya menghabiskan waktu studi selama dua tahun penuh selama jenjang master periode 2015-2017, dan saat ini memulai kembali kehidupan di sana untuk program doktoral yang dimulai awal tahun 2020 ini.

Sebagai mahasiswa yang studi di luar negeri dengan beasiswa penuh, saya berusaha berhemat sedemikian rupa untuk keperluan lainnya (baca: menabung), seperti kasus saya untuk bisa jalan-jalan ke negara bagian Amerika Serikat lainnya ketika liburan spring break, summer atau winter, terlebih lagi bagi yang sudah memiliki keluarga dan anak tentu saja untuk mencukupi kebutuhan tambahan mereka.

Selain biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari, untungnya beasiswa saya dari pemerintah Amerika Serikat saat studi master sudah mencakup untuk asuransi kesehatan (yang mencapai $2500 per tahun), biaya pesawat keberangkatan dan kepulangan termasuk transportasi lokal dari Indonesia menuju ke kota tujuan sekolah, tunjangan buku dan mengikuti konferensi, serta anggaran untuk laptop, terlebih lagi beasiswa saya untuk studi doktoral kali ini dari pemerintah Indonesia ditambah juga tunjangan bulanan untuk keluarga, alhamdulillah...

Biaya apartment setiap bulan hampir pasti tidak dapat saya utak atik, namun pengeluaran lainnya (seperti konsumsi) dapat saya minimalisir sesuai kebutuhan dan ketersediaannya. 

Dari anggaran beasiswa setiap bulan sekitar $1300 pada saat studi master, setengahnya saya habiskan untuk sewa apartment dengan fasilitas dua kamar tidur, satu kamar mandi, lengkap dengan furniture (seperti kulkas, sofa, tempat tidur). 

Teman satu apartment saya di kamar lainnya pada saat itu berasal dari Hungaria, dia pun juga harus membayar sewa bulanan dengan nominal yang sama tentunya yang berbagi biaya listrik atau air setiap bulannya dengan saya sekitar $100.

Kali ini saya akan berbagi cerita dan pengalaman untuk bisa 'bertahan hidup' dengan berhemat ala mahasiswa di Amerika Serikat, dimana saya biasanya menghabiskan anggaran bulanan konsumtif sekitar $200-300. Check it out:

(i)Toko Dollar Tree (https://www.dollartree.com/).
Mahasiswa mana yang tidak mengenal toko ini di Amerika Serikat. Semua produk dijual dengan harga serba $1 atau dirupiahkan sekitar Rp. 14,000.

Mulai dari makanan kering dan basah, minuman, peralatan rumah tangga atau bercocok tanam, mainan anak, kartu pos atau ucapan, peralatan elektronik lainnya. Saya sampai heran kok bisa beberapa produk dijual dengan harga lebih murah di sini dibanding di nusantara, misalnya telur ayam isi 12 seharga $.

Sedangkan di Indonesia satu kilogram (isi sekitar 17-18) seharga Rp. 25,000. Masih banyak peralatan lainnya yang murah meriah seperti kabel data handphone, toples ukuran besar untuk menyimpan makanan, sabun cuci baju atau piring ukuran jumbo, keju slice isi 12, dan lainnya. 

Jadi harus pinter-pinter menahan diri untuk tidak terlalu konsumtif di toko ini, supaya tidak menjadi boros malahan. Toko yang didirikan sejak 1986 ini sudah memiliki lebih dari 15,000 cabang yang tersebar hampir diseluruh wilayah Amerika Serikat dan Kanada. 

Yang perlu dipertimbangkan adalah mayoritas jumlah atau berat dari suatu produk yang ditawarkan di toko ini jika dibandingkan dengan toko standar lainnya relatif lebih kecil atau sedikit, serta dengan kualitas yang lebih rendah biasanya.

(ii)Toko retail Walmart (https://www.walmart.com/).
Saya biasanya ke toko ini untuk membeli produk-produk dengan partai yang lebih besar atau yang memang tidak tersedia di Dollar Tree, seperti daging ayam atau sapi, eletronik televisi atau handphone, obat-obatan, pakaian atau sepatu, buah-buahan atau sayuran, dan lainnya. 

Toko yang sudah berdiri sejak 1962 dan memiliki 11 ribuan cabang di seluruh dunia ini memang bisa disebut rajanya toko lengkap dan murah meriah bagi saya, seperti slogan mereka 'Save Money. Live Better'. Memang bagi beberapa umat muslim, tempat ini bukan menjadi pilihan untuk membeli daging yang halal. 

Saya disini biasanya membeli susu 1 galonan (sekitar 4 liter) seharga $3, cukup murah dibanding toko lainnya. Terakhir kali saya juga membeli sepeda dewasa untuk transportasi sehari-hari ke kampus dengan harga tidak sampai $100 yang mungkin bisa lebih murah dibanding di negara kita (catatan: harga tergantung merek).

(iii)Toko barang bekas Goodwill (https://www.goodwill.org/).
Biasanya kita punya pikiran yang kurang positif mengenai barang-barang bekas yang dijual, seperti sudah tidak layak pakai atau dengan kualitas yang sangat rendah. Ternyata para donator menyetorkan barang bekas yang layak pakai (biasanya kualitasnya masih cukup bagus) dan mereka pun mendapatkan pengurangan pajak berdasarkan hukum federal di Amerika Serikat. 

Pembeli dapat memilih berbagai produk mulai dari rumah tangga, buku, film, mainan anak, sepatu, pakaian, mebel dan masih banyak lagi. Saya biasanya suka berburu produk baju, tas, atau sepatu dari negara lain seperti Amerika Latin untuk oleh-oleh, termasuk kerajinan lokal asli Amerika Serikat atau negara lain untuk mengisi lemari kaca hiasan pernak pernik saya dari berbagai negara di penjuru dunia. 

Untuk mainan anak-anak 'bermerek' (tidak saya sebutkan) yang biasanya di Indonesia seharga sekitar sejutaan seperti rangkaian kereta api, sepeda anak yang menyala dan berbunyi, bisa saya beli di sini hanya seharga $5-10 saja.

Namun ketersedian barang tergantung dari jenis barang bekas yang disuplai oleh donatur tentunya. Jadi sering-seringlah mampir ke toko ini. Saya biasanya sebulan sekali menyempatkan diri untuk berburu di tempat ini.

(iv)Program kampus bagi mahasiswa yang kesulitan makanan.
Saya belum pernah menggunakan fasilitas gratis ini di kampus. Mereka biasanya menyediakan makanan, sayuran, perlengkapan mandi, dan produk lainnya untuk komunitas di kampus yang membutuhkan, umumnya berupa makanan kaleng. 

Contoh konkritnya seperti di kampus saya di University of Florida (https://pantry.fieldandfork.ufl.edu/) yang memprioritaskan fasilitas ini secara gratis untuk mahasiswa atau staf kampus yang benar-benar memerlukan. Walaupun saya pernah menjumpai beberapa teman saya (yang sebenarnya masih mampu untuk membeli makanan sendiri, dan bahkan mendapatkan beasiswa) menggunakan fasilitas ini. Mahasiswa yang mau ambil makanan gratis, mereka tinggal datang saja ke tempat ini. 

Sistemnya berupa kepercayaan tanpa adanya tendesius untuk mendiskreditkan orang yang menggunakan fasilitas ini karena dianggap tidak mampu. Jadi kita dituntut kesadaran penuh dan toleransi untuk memanfaatkan fasilitas di kampus ini, bahkan kita dapat bekerja secara sukarela untuk membantu sesama di tempat ini.

(v)Bergabung dengan organisasi mahasiswa dan mengikuti berbagai seminar.
Selain menambah ilmu dan pertemanan baru, ikut dalam suatu organisasi mahasiswa dan seminar di kampus ternyata sering menawarkan free food. 

Saya bergabung misalnya dalam organisasi mahasiswa kehutanan di fakultas Kehutanan yang tiap bulan mengadakan rapat dan selalu menyediakan pizza atau sandwich. Belum lagi internasional center di kampus juga sering mengadakan event bulanan seperti seminar, dan hampir selalu ada free snack juga. 

Lalu setiap selasa sore saya juga selalu mengikuti seminar mingguan yang diadakan fakultas Biologi yang sering mendatangkan visiting professor dari luar kampus, setidaknya panitia juga menyediakan keju, chips, anggur, teh, kopi, dan lainnya. So... ilmu dapat, perut pun kenyang. Jika ada pepatah "there's no free lunch", setidaknya menurut saya masih ada "free snack".

Saya juga bergabung dengan organisasi mahasiswa Indonesia di kampus (PERMIAS) yang sempat saya menjadi ketuanya periode 2016-2017. Biasanya bagi mahasiswa yang sudah lulus, mereka melungsurkan (meninggalkan) barang-barangnya untuk mahasiswa Indonesia yang baru atau yang rencana mau datang untuk musim studi berikutnya. 

Selain itu, komunitas warga Indonesia yang tinggal di sekitar kampus, juga sering mengadakan acara kumpul-kumpul yang biasanya seperti makan bersama dengan masing-masing membawa makanan yang berbeda atau biasa disebut potluck. Makanan kadang sangat berlebih dan sering saya membawa pulang setelah acara selesai karena diminta untuk membawanya.

Sebenarnya masih banyak lagi cerita atau pengalaman untuk berbagi tips, tempat referensi perbelanjaan murah meriah, kegiatan akademik ataupun non-akademik yang dapat mendukung sebagai mahasiswa internasional selama menjalani studi. Setiap mahasiswa internasional seperti saya di Amerika Serikat pasti punya cerita dan pengalamannya sendiri yang berbeda untuk dapat bertahan hidup selama studi yang mungkin belum disebutkan di sini. 

Prinsipnya menurut saya, banyak-banyaklah bergaul di kampus atau luar kampus untuk memperoleh informasi dan kesempatan lain yang mungkin tidak kita duga sebelumnya. Selain ilmu yang bermanfaat, mempererat pertemanan, pengalaman menarik, juga mendapatkan makanan murah meriah ataupun gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun