Mohon tunggu...
Herman Chipenk
Herman Chipenk Mohon Tunggu... Pemerhati Buruh dan Gig Workers

Sedang Mengetik..........

Selanjutnya

Tutup

Money

Awas! 'Dandan' Laporan Keuangan Perusahaan Teknologi: Jebakan Valuasi Kosong Ancam Anarkisme Pasar!

3 Oktober 2025   19:37 Diperbarui: 3 Oktober 2025   19:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan teknologi, tulang punggung ekonomi digital, kian disorot. Bukan hanya karena inovasinya, tapi juga karena cara mereka menyajikan laporan keuangan. Berbeda dari pabrik atau bank yang asetnya jelas, 'harta' utama perusahaan teknologi adalah aset tak berwujud (intangible assets), seperti data pengguna, algoritma, merek, dan goodwill. Sayangnya, aset 'gaib' inilah yang sering dijadikan 'mainan' window dressing---praktik mempercantik laporan keuangan---tanpa landasan nilai yang jelas.

Praktik ini, seperti diulas oleh Pemerhati Regulasi Digital Sagu Agustinus S.H., bukan sekadar pelanggaran etika akuntansi. Ini adalah bom waktu yang mengancam stabilitas pasar, berpotensi memicu anarkisme pasar bebas: kondisi di mana pasar kehilangan kepercayaan, bergerak liar, dan hancur karena fondasi nilainya palsu.

Valuasi 'Sakti' Aset Digital: Lahan Subur Window Dressing

Menurut teori akuntansi (PSAK/IFRS), laporan keuangan wajib menyajikan informasi yang relevan, andal, dan dapat dipahami. Namun, perusahaan teknologi kerap melanggar prinsip fair presentation dengan memanipulasi:

  • Pengakuan Pendapatan: Dipercepat atau digelembungkan.
  • Pencatatan Beban: Ditunda atau disembunyikan.
  • Valuasi Aset Tak Berwujud: Melakukan overvaluation (penggelembungan nilai) besar-besaran terhadap aset seperti merek atau algoritma.

Padahal, standar seperti IAS 38 mengatur bahwa aset tak berwujud harus terukur dan dapat menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan. Perusahaan teknologi seringkali lebih mengedepankan nilai potensial (future value) berdasarkan proyeksi optimis ketimbang nilai riil terukur (seperti Historical Cost atau Fair Value), menciptakan ilusi pertumbuhan bagi investor.

Cermin Kasus Global: Dari Enron hingga Wirecard

Ancaman ini bukan teori. Kasus-kasus besar telah membuktikan bahaya manipulasi laporan berbasis aset tak berwujud dan kompleksitas bisnis:

  • Enron (2001): Menyembunyikan utang melalui entitas khusus (Special Purpose Entities) untuk membesar-besarkan laba, berujung pada kebangkrutan dan krisis kepercayaan global.
  • WeWork (2019): Menggelembungkan valuasi hingga $47 miliar dengan menonjolkan 'komunitas' dan 'merek' sebagai aset tak berwujud. Audit membuktikan klaim valuasi itu tak berdasar, IPO gagal, dan nilainya anjlok drastis.
  • Wirecard (2020): Perusahaan fintech yang terbukti mencatat saldo kas fiktif 1,9 miliar, mengguncang pasar keuangan Eropa.

Kasus-kasus ini menunjukkan, citra pertumbuhan agresif perusahaan teknologi tak selalu sejalan dengan realitas akuntansi.

Merusak 'Tangan Tak Terlihat': Jalan Menuju Anarkisme Pasar

Pasar bebas (free market), sesuai teori Adam Smith, hanya bisa berfungsi jika ada informasi yang transparan dan akurat. Saat laporan keuangan perusahaan teknologi dimanipulasi, pasar kehilangan fondasi rasionalitasnya, yang menyebabkan:

  1. Keputusan Investor Berdasarkan Data Palsu: Modal dialokasikan ke perusahaan yang sebenarnya rapuh.
  2. Pembentukan Gelembung Harga (Bubble): Harga saham tidak lagi mencerminkan nilai fundamental, mirip kasus dot-com bubble tahun 2000.

Jika dibiarkan, ini bukan lagi pasar bebas yang sehat dengan invisible hand yang menyeimbangkan, melainkan anarkisme pasar bebas yang liar, penuh spekulasi, dan merusak kepercayaan terhadap seluruh sistem keuangan.

Benteng Terakhir: Etika dan Regulasi yang Tegas

Regulasi seperti IFRS/IAS, serta peran pengawas seperti OJK (Indonesia) dan SEC (AS), hadir untuk mencegah manipulasi. Namun, kasus-kasus besar membuktikan bahwa regulasi saja tak cukup.

Transparansi laporan keuangan adalah fondasi keberlanjutan. Manajemen perusahaan teknologi harus memiliki etika bisnis dan komitmen akuntabilitas yang kuat. Dalam era aset tak berwujud yang dominan, penegakan standar akuntansi yang jelas dan definisi nilai yang konsisten adalah benteng utama untuk mencegah anarkisme pasar bebas dan memastikan investor tidak terjerumus dalam jebakan valuasi kosmetik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun