Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petuah

20 April 2023   22:10 Diperbarui: 20 April 2023   22:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-magda-ehlers-1329307

Dulu, penulis membayangkan, bercocok tanam adalah hal yang sangat-sangat mudah untuk dilakukan saat persiapan memasuki masa pensiun. Hanya karena melihat bagaimana praktisnya mereka semua yang sudah berkecimpung dan berpengalaman di dalam dunia tanam menanam. Tidak terlalu lama menjalani prosedural administrasi dan tetek bengek lainnya seperti orang kantoran, yang kadangkala bikin frustasi. Jreng ! langsung jadi.

Di benak penulis yang tergambar adalah, asal menabur biji atau benih akan tumbuh dengan sendirinya. Kenyataannya ? Ternyata tidak semudah itu. Sehingga sempat terpikir kemudian dan timbul pertanyaan, setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur ? Sebuah pertanyaan yang bisa timbul karena melakukan sesuatu yang baru dan bukan bidang keahliannya.

 

pexels-akil-mazumder-1072824 (1)
pexels-akil-mazumder-1072824 (1)

Memang setelah diamati lebih dekat, menabur benihnya mungkin sekali, tetapi perawatan tanah agar tetap gembur, mencabuti rumput liar bahkan harus diberi tambahan nutrisi dan pupuk agar daun tanaman berwarna hijau mengkilap dan kekar sehingga terus menghasilkan bunga dan buah yang lebat. 

Dan tentu saja tidak hanya bicara secara teknik bercocok tanam secara teori, tetapi urusan hati juga turut bermain. Bahkan seperti memperlakukan manusia, tumbuhanpun perlu sesekali diajak ngomong. Dan perlakuan kepada tumbuhanpun ternyata masing-masing berbeda.

Pernah membaca, sebab jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik, dan roda gerobak tidak dipakai untuk menggiling jintan putih, tetapi jintan hitam diirik dengan memukul-mukulnya dengan galah, dan jintan putih dengan tongkat. Dan tiba-tiba saja seperti diingatkan bagaimana untuk menabur, merawat, mendidik dan menjaga hubungan antara suami, isteri dan anak-anak tetap terjalin sejak kecil hingga mereka semua mentas. Persis sama seperti merawat tanaman dan menunggu waktunya berbuah.

pixabay.com
pixabay.com

Rasanya baru saja kemarin, saat anak-anak masih kecil sampai beranjak dewasa, bahkan sampai saat ini ketika ada waktu berkumpul. Kami selalu mengupayakan makan malam bersama dan setelah itu dilanjutkan dengan mengobrol sambil mendengarkan pengalaman mereka di sekolah sepanjang hari itu atau masalah kehidupan yang dihadapi mereka sehari-hari. Dan kami sebagai orang tua, berlaku sebagai pendengar yang baik.

Atau di lain kesempatan di sela waktu yang lain saya mengajarkan secara praktek bagaimana memperbaiki saluran wastafel yang mampet, mengganti ban mobil yang tiba-tiba saja bocor, pasang tabung gas di kompor, mengantisipasi padamnya lampu akibat korsleting listrik. Atau praktek yang lain. 

Mengapa itu perlu dilakukan ? Bisa jadi dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya. Artinya tidak hanya sebatas teori, tetapi diajarkan bagaimana praktek langsung di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun