Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merendah...

10 April 2023   10:00 Diperbarui: 10 April 2023   09:56 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-cottonbro-studio-4630670

Beberapa tahun yang lalu, suatu kali penulis dan kawan-kawan diajak  ke rumah seorang teman yang baru pindah rumah. Dengan antusias dia mengajak kami berkeliling melihat rumahnya yang baru selesai dibangunnya. Mulai dari pintu gerbang otomatis, ruang tamu yang besar dengan lukisan abstrak yang menarik, sampai di halaman belakang dengan kolam renang yang dikelilingi dengan tanaman yang asri.

Menyaksikan rumah mewah dengan segala keberadaannya membuat kami terbengong-bengong dengan segala pikiran yang berkecamuk di benak masing-masing. Dan kami menjadi terkesima saat kawan penulis sebagai pemilik, dengan bangganya mengatakan, ini rumah saya desain sendiri dengan interiornya dan juga saya bangun sendiri dan bisa tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.

pexels-bruce-clark-3701434
pexels-bruce-clark-3701434

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kawan ini, sambil mengernyitkan dahi dan tersenyum manis, penulis katakan, bukannya yang desain rumahmu itu arsitek ? Karena kami tahu betul, si pemilik rumah bukanlah seorang arsitek. Tetapi seorang pengusaha tulen yang pendidikannyapun bukan lulusan teknik arsitektur. Penulis juga mempertanyakan, yang membangun rumah ini bukannya tukang batu ? Agak kaget mendengar pertanyaan ini, tetapi dia sadar bahwa ini hanya candaan. Lalu sambil tersenyum malu dia jawab, betul juga ya ?

Sebagai manusia normal, adakalanya kita membanggakan apa yang sudah kita buat. Bahkan bisa terjadi juga,mungkin membanggakan apa yang sejatinya tidak kita buat. Betul ? Memang yang namanya manusia kadangkala terjebak dalam keunikan yang seringkali dibuatnya tanpa menyadari sesungguhnya dimana posisi itu berdiri.

Mungkin buat sebagian orang, perkataan di atas yang terlontar dari pemilik rumah itu hanyalah masalah kecil yang bisa dimaknai dari sudut pandang yang sederhana dan bisa dimengerti. Tetapi dari sisi sudut pandang yang lain, ini bisa ditangkap sebagai sesuatu yang menunjukkan ke-aku-an seseorang yang berharap bisa diakui ke-aku-annya di hadapan banyak orang.

pexels-anete-lusina-5721294
pexels-anete-lusina-5721294

Bisa jadi, sebagai contoh lain, tanpa sadar kita mengumumkan tanpa resmi, suksesnya sebuah acara karena dibawah kepimpinan kita sendiri. Seringkali kita lupa bahwa ada team work yang bahu membahu di belakang layar maupun di depan layar, yang bekerja mati-matian. Atau seperti ungkapan yang kadangkala menghentak kaum lelaki. Dibalik suksesnya seorang suami, disana ada isteri yang hebat. Betul ?

Sepanjang pejalanan hidup kita, ada juga yang tidak langsung berkata, inilah Aku! Di sebuah peristiwa yang dapat berlangsung dengan sukses dan membuat orang-orang takjub akan perbuatannya. Tetapi justru mencoba menutupinya apa yang sudah dilakukannya dengan bukti dan fakta yang konkrit.

Dia tidak memperlihatkan ke-aku-annya dengan serta merta. Bahkan menunjukkan hasil pekerjaanpun rasanya enggan. Sekalipun bisa saja demi kepentingan dirinya sendiri untuk sebuah pujian ataupun popularitas di hadapan komunitas dan lingkungannya. Sekalipun ternyata dialah yang mendisain, yang melengkapi dan sekaligus sebagai eksekutor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun