Mohon tunggu...
Herman Hasyim
Herman Hasyim Mohon Tunggu... -

Wartawan bertanya "ada apa". Filosof bertanya "mengapa". Dan orang kreatif bertanya "apa jadinya bila".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Awas, Ada Talent Scout yang Memata-matai Anda!

25 Mei 2012   09:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:48 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Apa yang Anda rasakan bila tanpa Anda duga sebelumnya, berkat tulisan-tulisan Anda di blog, tiba-tiba seseorang menawari pekerjaan yang sangat Anda idamkan?

[caption id="" align="alignright" width="332" caption="Sumber foto: www.job-lawfirm.com"][/caption]

Siang tadi, sembari makan di kantin, saya ngobrol cukup lama dengan seorang lelaki yang usianya sekira usia orang tua saya. Dan sebagaimana lazimnya orang tua, ia suka bercerita soal kisah sukses anaknya.

“Anak saya yang pertama sudah lulus kuliah dan sekarang kerja di kantor advokat,” tuturnya.

Untuk ukuran keluarga dari Magelang, Jawa Tengah, saya pikir pengacara bukan pekerjaan yang terlalu jelek.

“Anak saya tidak perlu membuat lamaran pekerjaan,” ia melanjutkan, “tapi justru anak saya yang dilamar.”

Wow! Luar biasa. Bagaimana bisa begitu?

Bapak di hadapan saya bercerita, anaknya kuliah di salah satu kampus swasta di Jakarta. Selain cerdas—IPK 3,7 alias cum laude jadi buktinya—sang anak suka menulis dan mempublikasikan tulisan-tulisannya di blog.

Nah, usai menyusun skripsi, anak perempuan itu menayangkan abstraksi karya ilmiah yang merupakan tugas akhir kuliah itu di blog. Di situ ia menjabarkan secara ringkas judul skripsi, rumusan masalah, metode penelitian, hingga kesimpulan dan rekomendasi.

“Anak saya menulis tentang HAKI,” tutur sang Bapak. HAKI adalah hak atas kekayaan intelektual.

Tiada terduga, tidak lama setelah abstrasksi skripsi tampil di blog, seorang advokat yang sudah punya law firm menghubungi empunya blog. Ia tertarik pada abstraksi itu. Tak hanya itu, setelah berkomunikasi, advokat tadi menawarkan pekerjaan. Gayung pun bersambut.

“Sekarang anak saya sering diajak ke pengadilan-pengadilan di wilayah Jakarta. Ya, meskipun belum jadi lawyer, lumayan sudah punya cukup pengalaman,” tutur bapak di hadapan saya.

***

Mata-mata! Ya, mata-mata. Anda mungkin tidak sadar, atau mungkin tidak mau ambil pusing, aktivitas Anda di dunia maya kerap dimatai-matai orang. Sangat keliru bila Anda berpikir bahwa mata-mata itu pekerjaannya melulu mengumpulkan informasi seputar kejelekan atau kelemahan Anda. Ternyata banyak pula mata-mata yang membidikkan kejelian pengamatannya kepada orang-orang yang punya bakat tertentu. Mereka mengamati, mencatat dan menganalisis kelebihan-kelebihan Anda!

Anda pernah mendengar istilah talent scout? Di dunia sepak bola, talent scout atawa pemburu bakat nyaris ada di mana-mana: di pojok-pojok benua, di pelosok-pelosok negara.

Industri sepak bola di Eropa bisa begitu luar biasa salah satunya adalah berkat mereka. Klub-klub besar di Eropa punya tim khusus dan jaringan yang luas untuk memantau bocah-bocah ajaib yang lihai memainkan bola di kawasan-kawasan kumuh di Amerika Latin, di pedalaman Afrika, dan belakangan juga di Asia.

Lionel Messi, pemain terbaik dunia asal Argentina yang kini bermain untuk klub Barcelona di Spanyol, adalah bukti empiris betapa para talent scout sangat lihai mengendus bakat. Messi masih bocah ingusan ketika diboyong ke Katalunia. Di akademi sepak bola Barcelona, bakat Messi lalu diasah, dimatangkan, lalu jadilah Messi versi sekarang: Pemain terbaik dunia dengan gaji dan prestasi menjulang.

Ternyata talent scout tidak hanya lumrah di industri sepak bola. Mereka juga berkiprah di industri musik, film, dan lainnya—baik dilakukan oleh tim yang terorganisasi maupun oleh individu-individu. Anda bisa menelusuri sendiri contoh-contohnya.

Bagaimana dengan blog, termasuk Kompasiana? Apakah ada talent scout yang suka mematai-matai blogger atau kompasianer yang punya nilai lebih tertentu? Jika ada, siapa yang mereka buru?

Tanpa melakukan penelitian dengan metode yang ketat, saya berani mengatakan bahwa para pemburu bakat juga bergerilya di jagad maya. Mereka mencari-cari Anda yang memiliki wawasan luas, cerdas, kreatif, atau memiliki kelebihan-kelebihan lain yang mereka perlukan.

Kompasiana, berdasarkan pengamatan dan interaksi saya selama ini, selain dihuni para pensiunan pejabat, juga didiami oleh para pemilik perusahaan, manajer SDM, pimpinan redaksi media massa, dan sosok-sosok lain yang bisa memberikan Anda pekerjaan yang Anda idamkan.

Saya tidak sekadar omong. Saya punya bukti. Saya pernah berjumpa dengan kompasianer yang berkat tulisan-tulisannya di sini, ia ditawari tiga pekerjaan oleh tiga orang yang berbeda. Ketiga pemberi pekerjaan itu seluruhnya kompasianer juga. Mereka, selain nimbrung sebagaimana kompasianer lainnya, ternyata diam-diam juga jadi talent scout. Mereka mampu mengendus keistimewaan kawan kita ini. Tentu, mereka juga sangat mahir mengendus keistimewaan Anda!

So, jika Anda punya blog—baik blog pribadi maupun blog berjamaah seperti Kompasiana—dan Anda tidak peka terhadap kegiatan ‘spionase’ yang dilakukan oleh para talent scoute itu, berarti Anda menyia-siakan kesempatan. Anda bahkan berpotensi rugi besar, karena bisa jadi para pemburu bakat itu menyodorkan tawaran menggiurkan. Siapa tahu, mereka menawari pekerjaan part time yang imbalannya melebihi pekerjaan utama Anda!

Dengan menumbuhkan sikap peka terhadap talent scout, saya yakin tanpa disuruh-suruh pun Anda bakal menampilkan karya terbaik, atau setidak-tidaknya tidak menyajikan konten asal-asalan, di blog Anda. Jika blog Anda adalah rumah maya Anda, apakah Anda suka menimbun sampah di rumah Anda?

Berkat rajin menulis di blog, dengan menampilkan karya terbaik yang bisa ia bikin, anak Magelang itu kini mendapat pekerjaan favoritnya sebagai pengacara. Saya yakin, Anda pun bisa membuntuti langkahnya, kecuali jika Anda ingin selamanya jadi 'pengacara' alias pengangguran banyak bicara!

Rawamangun, 25 Mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun