"Pekerjaan yang engkau keluhkan adalah pekerjaan yang orang lain inginkan, jadi berhentilah, pilih antara berhenti bekerja atau berhenti mengeluh."
"Pekerjaan yang engkau keluhkan adalah pekerjaan yang orang lain inginkan, jadi berhentilah, pilih antara berhenti bekerja atau berhenti mengeluh."Â
Kutipan ini bukan sekadar kalimat motivasi, melainkan sebuah cermin yang memantulkan realitas pahit banyak pekerja. Kita seringkali terjebak dalam lingkaran keluhan, merasa pekerjaan kita terlalu berat, gajinya kurang, atau bosnya menyebalkan. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan melihat ke sekeliling?
Data dari lapangan menunjukkan betapa tingginya persaingan di luar sana. Di Kabupaten Cianjur, misalnya, lebih dari 1.000 orang mengantri untuk melamar kerja di sebuah minimarket.Â
Sementara itu, di Kota Bandung, lebih dari 200 pencari pekerjaan memadati sebuah restoran kuliner Jepang yang hanya menyediakan sembilan lowongan.Â
Fenomena ini membuktikan bahwa posisi yang sedang kita keluhkan adalah impian bagi ribuan orang lainnya yang sedang berjuang keras.Â
Mereka adalah lulusan SMA dan SMK, datang dari berbagai daerah seperti Bogor, Kabupaten Bandung, hingga Cimahi, semua berbondong-bondong hanya untuk mendapatkan satu kesempatan.
Para pencari kerja ini menghadapi tantangan besar. Mereka mengeluh tentang sulitnya mendapatkan pekerjaan dan merasa janji pemerintah tentang 19 juta lapangan kerja hanyalah ilusi.Â
Perasaan ini didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, yang menunjukkan bahwa meskipun persentase pengangguran (TPT) sedikit menurun, jumlah pengangguran justru meningkat dari 1,77 juta menjadi 1,81 juta orang.Â
Mereka juga mengeluhkan persyaratan yang terasa diskriminatif, seperti terkait fisik dan usia, yang semakin mempersulit langkah mereka.