Pesawat Boeing B-737 800  merupakan streched  version (lebih panjang) dari B-737 700 dimana keduanya merupakan dua dari empat varian dari Boeing B-737 generasi ketiga atau lebih umum dikenal dengan generasi Next Generation (NG) sebelum hadirnya generasi MAX.
Dua varian lainnya adalah B-737 600 dan B-737 900 dimana masing masing varian dipersiapkan untuk bersaing dengan varian Airbus A-320 yaitu B-737 600 bersaing dengan Airbus A-318, pesawat B-737 700 dengan A-319 sedangkan B-737 800 dengan A-320, kemudian B-737 900 ER dengan A-321.
Menurut Wikipedia, pesawat B-737 800 sudah terjual sebanyak 4.764 unit kepada penggunanya baik maskapai maupun militer dengan versinya B-737 800A untuk pesawat P-8 Poseidon serta BBJ2 untuk pesawat corporate business.
Indonesia menjadi salah satu negara pengguna pesawat Boeing B-737 800 melalui operator maskapai Garuda Indonesia, Lion Group, Sriwijaya Air serta Pemerintah RI dengan pesawat Keprresidenan yang merupakan pesawat Boeing Business Jet dengan model B-737 800 ini.
Selama masa operasional nya pada tahun 1998 telah terjadi kecelakaan pada B-737 800 sebanyak 23 kecelakaan dimana 11 kecelakaan mengakibatkan badan pesawat hancur (hull loss) termasuk kecelakaan baru baru ini milik China Eastern Airlines.
Pesawat ini kembali menjadi sorotan dunia setelah kecelakaan pesawat milik China Eastern Airlines yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2022 yang lalu yang kemudian di grounded oleh maskapai tersebut dimana sebelumnya tepat pada tahun 2019 pesawat ini sempat juga menjadi sorotan.
Pada tahun 2019 Boeing B-737 800 menjadi berita utama setelah ditemukannya keretakan pada bagian pickle fork nya dimana Boeing menemukan 38 pesawat dari total 810 pesawat B-737 800 yang beroperasi di berbagai maskapai.
Pickle Fork adalah bagian yang menggabungkan body pesawat dengan sayap dimana pada setiap pesawat B-737 memiliki 4 buah pickle fork.
Dikutip dari Komonews, seorang insinyur yang sudah pensiun dari Boeing mengatakan bahwa pickle fork didesain sekuat mungkin hingga dapat memiliki usia yang sama dengan pesawatnya (flight cycles) yaitu 90,000 takeoff dan landing.
Badan Aviasi Amerika FAA mengeluarkan maklumat kepada semua pengguna B-737 800 dengan flight cycle 36,000 untuk segera melakukan inspeksi setelah ditemukan keretakan pada pesawat milik salah satu maskapai China yang  sedang dalam proses konversi dari pesawat penumpang menjadi pesawat kargo pada Oktober 2019.
Beberapa pihak menyoroti proses produksi pada pabrik Boeing, ini menambah sorotan dari sebelumnya pada kondisi produksi pesawat produknya seperti B-787 dan B-767 versi tanker USAF KC-46 Pegasus yang ditemukan beberapa  peralatan pabrik pada pesawat.
Pihak Boeing menanggapi keretakan pada pesawat B-737 800 dengan menyiapkan tempat pada pabriknya di Renton, Wash untuk melakukan perbaikan pada semua pesawat B-737 800 yang mengalami keretakan tersebut.
Keretakan juga terjadi pada tahun 2020 pada varian NG lainnya yaitiu B-737 700 milik maskapai Soutwest selebar 12 inch pada penerbangan dari Las Vegas ke Boise yang mengakibatkan pesawat kehilangan ketinggian dari 39.000 feet ke 22.000 dan kehilangan tekanan pada kabin pesawat.
Akan tetapi kemudian ditemukan kejadian serupa beberapa tahun sebelumnya pada Southwest yang akhirnya mengindikasikan lemahnya pemeliharaan pesawat pada maskapai tersebut dimana sebelumnya pada tahun 2008 FAA sempat menjatuhkan denda sebesar $102 juta kepada Soutwest karena lalai dalam menginspeksi keretakan pada armadanya.
Pada tahun yang sama FAA juga mengeluarkan maklumat kepada 2.000 pesawat B-737 NG dan Classic yang lama diparkir untuk diinspeksi ulang sebelum kembali mengudara setelah ditemukan korosi di mesin CFM International CFM-56 7 series pada sebuah pesawat yang telah diparkir untuk beberapa waktu.
Bila kita melihat kemungkinan lain yang menyebabkan keretakan pada pesawat, kita bisa melihat adanya akibat pengoperasian seperti misalnya mengangkut beban yang melebihi dengan jumlah bahan bakar yang sedikit.
Keadaan ini menyebabkan beban yang harus ditahan oleh sayap menjadi lebih berat karena kurangnya berat pada sayap dimana bahan bakar berada dan menyebabkan sayap pesawat menjadi melengkung.
Penyebab lain bisa akibat dari sering nya hard landing yang membuat benturan kuat pada sayap dan badan pesawat serta benturan yang diakibatkan seringnya pesawat masuk ke turbulence.
Dengan demikian keretakan yang terjadi bisa saja dapat terletak pada proses produksi tapi juga dapat disebabkan oleh pengoperasian pesawat yang dapat menyebabkan keretakan pada struktur pada pesawat selain itu pada dasarnya struktur pesawat memang memiliki masa ketahanan.
Sebagai contoh struktur pesawat C-130 Hercules dihitung dapat bertahan selama 25 tahun sehingga setelah itu harus dilakukan penguatan kembali struktur pesawat.
Sehingga pemeliharaan pesawat memang seharusnya dilakukan secara menyeluruh dan berkala, tidak hanya pada mesin dan instrumen pada pesawat tetapi juga pada struktur pesawat yang akan mengalami metal fatigue pada keadaan tertentu.
Selain itu Pandemi Covid 19 juga menbawa dampak pada pesawat, tidak hanya pada penerbangannya saja sehingga proses reaktivitasi kegiatan penerbangan juga harus disertai dengan proses reaktivitasi pesawat.
Semua ini untuk satu tujuan yaitu keselamatan penerbangan dan semoga pula Boeing dapat melalui segala cobaan yang dihadapi pada semua keluarga pesawatnya.
Referensi : Satu Dua Tiga Empat Lima Enam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI