Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Money

Melepaskan Diri dari Sentimen Primordial (Kesukuan)

7 Oktober 2016   12:40 Diperbarui: 8 Juni 2018   11:02 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture:skmtimorense.blogspot.com

Saya paling tidak suka dengan pertanyaan seperti ini “Bro, Orang itu satu suku dengan kamu, jadi bisa dipastikan  urusanmu bisa lancarlah kedepan”. Namun pada kenyataannya,  mempunyai relasi atau kerabat yang berasal dari suku yang sama, tak menjamin semua urusan menjadi mudah dan lancar..

 Justru zaman sekarang ini orang saling sikut menyikut tanpa pandang bulu, apalagi bagi orang yang tidak suka dengan persaingan tidak sehat. Orang tipe ini malah hendak  menggali lubang agar rekan satu sukunya bisa terjatuh sehingga hanya dia yang maju dan hanya dialah putra daerah yang dipandang punya prestasi yang gemilang

Berbagi Pengalaman Merayut Kerukunan

Dalam kehidupan saya sehari-hari, saya malah lebih banyak berbaur dengan orang yang beda suku . Salah satu contohnya yaitu ketika saya bergabung dengan salah satu forum kepenulisan di kampus dimana dari ratusan anggota, hanya saya yang berasal dari suku Toraja. Tapi bukan berarti saya berbeda lalu mereka membedakan saya. Justru merekalah yang membimbing dan mengajarkan saya bagaimana menuangkan pikiran ke dalam  tulisan.  Selain dari kisah ini, ketika saya melakukan perjalanan ke Surabaya dalam rangka magang kampus, saya berada pada lingkungan teman-teman dari etnis Tionghoa. Namun walaupun saya berbeda, mereka justru menjadi sahabat dan rekan yang baik di tanah perantauan.

Oh ya, beberapa bulan yang lalu saat tiba di salah satu daerah di Papua, saya diperhadapkan dengan peperangan antar suku dimana salah satu suku yang terlibat adalah dari suku saya sendri. Alhasil, saya mendapat peringatan dari orang-orang sekitar bahwa saya harus menjauhi suku tertentu karena jika tdak saya akan mengalami kejadian yang buruk. Sesungguhnya, saya paranoid dengan kejadian tersebut. Namun seiring dengan waktu, saya justru mendapat pertolongan dari orang-orang yang berasal dari suku tersebut. Satu pelajaran yang saya dapatkan dari kejadian ini bahwa ketika terjadi suatu konflik antar suku, yang yang menjadi konsentrasi kita adalah oknum yang terlibat, bukan asal suku daerah pihak yang berkonflik.

Alasan Membina Kerukunan

Adapun alasan saya senang punya teman dari berbagai suku yaitu  bisa menambah banyak teman, memupuk jiwa toleransi dan belajar dari kearifan lokal dari berbagai suku. Keputusan baik saya ini  kadang mendapat tanggapan nyinyir dari orang sekitar saya yang mengatakan bahwa saya tak elok jika berteman dengan suku-suku tertentu karena mereka jahat. Tak jarang ada pula yang mengatakan bahwa saya sudah sombong, , hendak cari perhatian,punya kepentingan tertentu dan tak mau bergaul dengan teman-teman satu suku. Yang paling parah, ada yang mengatakan bahwa saya malu dengan suku saya sendiri

Hilangkan Kesukuan Dalam Dunia Kerja

Saya memandang bahwa dalam dunia pekerjaan, kita dituntut untuk bersikap profesionalisme. Oleh karena itu, punya rekan satu suku dalam dunia kerja  tak terlalu berpengaruh. Agar bisa bertahan dalam jangka waktu lama, maka perlu menunjukkan prestasi, kepribadian baik dan kontribusi kita kepada instansi tempat kita bernaung. Jika terlena karena andalkan suku-sukuan, maka siap-siaplah terdepak dengan orang yang memiliki keunggulan lebih baik.

Penutup

Oleh karena itu tak ada salahnya kawan-kawan kita membina hubungan relasi dengan orang yang punya asal suku yang berbeda dengan kita. Lepaskan isu sentimen  primordial dan mari bergendengan tangan membangun negara kita sesuai dengan semboyan  negara kita “Bhinneka Tungga Ika”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun