Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencintai Pimpinan dengan Citarasa Keluarga

30 Januari 2018   22:04 Diperbarui: 31 Januari 2018   06:56 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh: wapannuri.com

Ketika seseorang terpilih menjadi ketua sebuah organisasi atau menjadi atasan di sebuah institusi, maka suka atau tidak suka  mutlak untuk didukung karena ditangannyalah nasib sebuah organisasi atau instansi dipertaruhkan. Mengesampingkan emosi dan bersikap profesional sebagai bentuk kepedulian terhadap organisasi/institusi tempat kita bernaung.

Dalam kamus pribadiku,  saya menganggap bahwa pimpinan adalah keluargaku. Itu lebih elok ketimbang menciptakan nuansa atasan-bawahan. Mengapa demikian? Jika  nuansa atasan bawahan yang diciptakan maka orientasinya hanya menjalankan tugas saja sesuai tugas pokok dan fungsi saja, ketika jam kantor atau rapat organisasi usai, maka orang-orang didalamnya sibuk akan urusannya masing-masing atau istilahnya cari jalan masing-masing.

Tapi, jika nuansa kekeluargaan yg diciptakan maka ada rasa saling memiliki untuk tetap mengingatkan jika dirasa ada hal yang dirasa cukup janggal atau ada keputusan yang kurang bijak tanpa mengurangi sikap hormat kepada pimpinan.

Tak hanya itu, jika kita menerapkan nuansa kekeluargaan maka kita akan senantiasa berada di sisi  pimpinan saat suka maupun duka. Ada rasa kepedulian untuk tidak membiarkan pimpinan sebagai kepala keluarga untuk terperosok ke jurang dan melindunginya dari orang-orang yang hendak mengkhianatinya atau mencelakakannya.

Ketika inovasinya mendapat cibiran maka kehadiran kita sebagai penyemangatnya sehingga pimpinan bersemangat mengaplikasikan idenya. Bersikap kompromi terhadap keputusan non populis dan sesekali memberikannya input agar implementasi idenya bisa lebih paripurna. Secara tak langsung nuansa ini akan mengesampingkan materi, membangun loyalitas dan integritas pada pimpinan.

Terlepas dengan keputusan pro kontra atau anti mainstreamnya kelak, maka kehadiran kita sebagai orang yang senantiasa mengingatkan dan menawarkan sejumlah alternatif solusi sebagai bentuk perhatian dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Satu hal yang mesti dihindari yaitu menciptakan sikap menggurui karena hal itu menimbulkan  kesan mengatur-atur pimpinan.

Namun ada batasan-batasan tertentu dimana pimpinan sudah tidak dianggap lagi bagian dari keluarga yaitu ketika Beliau hendak  melakukan hal yang  bertentangan dengan moral dan iman, hendak mencelakakan orang dan melakukan penghianatan kepada kepercayaan orang banyak

Sebagai bagian dari keluarga maka sepatutnyalah kita memberikan perhatian, memberikan support, mendukung ide revolusionernya agar Beliau dapat memaksimalkan tugasnya sebagai nahkoda suatu organisasi atau institusi tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun