Edisi : Jokowi - Ma'rufÂ
Mungkin sangat menarik jika tema pembahasan kita sedikit digeser kepada mapping konstalasi politik pasca pilpres kali ini, karena dalam perspektif lain, pertaruhan dan tantangan politik yang sebenarnya justru baru akan dimulai setelah pilpres itu sendiri.
Hipotesisnya adalah bahwa kegalauan dan tarik ulur kepentingan itu justru akan dimulai setelah presiden terpilih, yaitu penentuan siapa yang akan duduk di kabinet, komisaris, duta besar, dll. Tentu semua yang pernah berkeringat mengharapkan posisi tertentu, hal tersebut tidak bisa dinafikan, meskipun perihal itu semua adalah hak prerogatif presiden, namun tak semudah itu presiden bisa mengucapkannya karena semuanya akan terhalang oleh berbagai kepentingan partai koalisi, utamanya keinginan Veto Player.
Dari proses ini kita akan melihat pertaruhan ketegasan dan kewibawaan seorang  presiden. Situasi ini dipastikan lebih sulit dan lebih dinamis dibandingkan ketika Jokowi memutuskan siapa calon wakil presiden yang akan mendampinginya pada waktu itu. Jika dipandang dari perspektif "will" seorang Jokowi, besar kemungkinan dia menginginkan Mahfud MD sebagai pendampingnya pada saat itu, namun kelompok koalisi berkata lain, pada akhirnya sang Kyai-lah pendamping Jokowi yang dianggap memenuhi unsur kepentingan para koalisinya.
Kondisi tersebut sepertinya akan terulang kembali dengan obyek yang berbeda. Disinilah pemandangan menarik akan terlihat, dan disinilah tantangan politik akan dimulai, sebab ada banyak orang yang akan diakomodir dalam situasi ini, terutama mereka yang berkeringat dan pasang badan secara all out demi kemenangan Jokowi.
Proses tersebut menjadi salah satu determinan terjadinya konflik internal, dan dari proses ini pula kita akan bisa melihat siapa saja yang akan kecewa dengan konsensus final dari sang presiden, termasuk akan terlihat para gerombolan yang akan loncat pagar oleh karena faktor kepentingan tertentu.
"Adjustment Process"
Tantangan baru dari seorang Jokowi nantinya dalam mengambil sebuah keputusan dalam "Adjustment Process" jika terpilih untuk periode ke 2 nya adalah lebih kepada menjawab 9 pertanyaan utama yang telah penulis mapping dibawah ini, yaitu :
1. Siapakah para menteri kabinet kerja jilid 1 yang akan tetap bertahan di jilid ke 2 ini (bisa karena faktor prestasi/profesional, pun bisa karena faktor veto layer dan geo politik)
2. Apakah Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, Basuki Hadimulyono, Ignasius Jonan, Retno Marsudi, dan tentunya Pratikno yang dianggap memiliki kinerja yang cukup baik di kalangan publik akan tetap dipertahankan atau tidak?, Mengingat mereka adalah orang-orang yang tidak terafiliasi dalam parpol tertentu.
3. Apakah ketiga Menko ini yaitu Puan Maharani, Luhut Binzar Panjaitan, dan Wiranto akan tetap bertahan meskipun dianggap tak berprestasi amat, bahkan cenderung dianggap sebagai menteri karena faktor politik semata. Untuk sementara saya berasumsi bahwa mereka pasti masih bertahan oleh karena faktor veto player, partai koalisi, dan faktor kepentingan tertentu yang sulit di deskripsikan, apalagi melihat ketiga Menko tersebut berada pada posisi paling elit di TKN yang terkesan paling ngos-ngosan memperjuangkan kemenangan Jokowi diantara yang lainnya. Jawaban para pembaca tulisan ini mungkin berbeda.
