Sejalan dengan keadaan tersebut, ada keriuh rendahan lainnya, ketika "jam makan" tiba. Ada yang mengeluarkan makanan yang sudah ia persiapkan. Ada yang menunggu dari crew kereta, ada yang langsung pesan ke restorasi kemudian di bawa lagi ke kursi-nya atau ada yang makan di gerbong restorasi.Â
Namun ada juga, yang sama sekali tidak mengambil atau berusaha untuk makan atau minum. Aku tidak tahu, apakah memang tidak makan malam atau ia punya "cara tersendiri" menjaga perutnya dari lapar dan haus.
Semua yang kuperhatikan, menjadi sebuah harmoni dalam pandanganku yang berimbas pada sebuah hikmah, memang beginilah hidup. Dalam sebuah perjalanan menuju "akhir" tujuan masing-masing, dengan berbagai cara, berbagai sikap, yang kadang mengabaikan orang-orang di sekililing. Dan kitapun dituntut untuk tidak menstigma diri sebagai pihak yang paling benar. Karena hakikatnya kebenaran adalah milik Yang Maha Benar.
Kereta terus berjalan,
Menyusur liukan rel dan sesekali masinis-pun membunyikan "klakson" panjang khas kereta, yang membelah kesenyapan malam.
Salam di Hari Minggu, Semoga sehat dan bahagia.