Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Persoalkan Keberagaman, Stop Provokasi Umat Beragama

11 September 2022   05:39 Diperbarui: 11 September 2022   06:29 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - gurupendidikan.go.id

Radikalisme dan konflik layaknya sepasang kekasih yang sedang mabuk kepayang, sulit untuk dipisahkan. 

Dimana ada konflik radikalisme menyertai, pun begitu juga apabila ada radikalisme konflik tak terhindarkan. Kaum radikal menggunakan perbedaan yang ada di masyarakat dan kesenjangan sosial, untuk memprovokasi para pengikutnya melakukan tindak kekerasan dengan dalih atas nama perjuangan dan atas nama agama.

Perbedaan sejatinya sebuah fitrah manusia yang tidak dapat terelakkan karena sudah menjadi takdir Sang Maha Pencipta. Perbedaan yang dimiliki oleh diri kita dan orang lain itu dapat beragam, mulai dari suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, agama, hingga pola pikir. 

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda karena masing-masing memiliki suratan takdir yang berbeda-beda. Jadi wajar saja jika pengalaman hidup yang membentuk karakter seseorang menjadikan pola pikirnya berbeda satu sama lainnya. Hal ini tentunya juga menyebabkan respon terhadap perbedaan itu juga bermacam-macam. 

Jika membahas masalah perbedaan tidak akan ada habisnya karena perbedaan itu sendiri merupakan kehendak Yang Maha Kuasa sebagai salah satu unsur untuk menguji hambaNya. Oleh karena itu ada yang berhasil menyikapi perbedaan dengan damai, ada yang menyebabkan konflik atau ada pula yang mengeksploitasi perbedaan sebagai alat yang digunakan untuk mencapai kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Perbedaan pandangan dan sikap menjadi variabel utama penyebab mengapa manusia memiliki potensi konflik yang tinggi. Menduduki tempat teratas yaitu perbedaan pandangan dalam menafsirkan ajaran agama yang merupakan sumber konflik tertua dalam sejarah umat manusia. 

Praktek beragama yang ekstrem menimbulkan peningkatan kesalehan yang berbanding lurus dengan sikap intoleransi. Hal tersebut merupakan suatu kemunduran bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Kaum radikal begitu mudah mengklaim kebenaran agamanya sendiri, lantas bersikap arogan dan destruktif terhadap kelompok lain. Hal ini sudah sangat mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan. 

Jika dibiarkan, hal tersebut akan menjadi percikan konflik yang siap membara di masa depan. 

Fenomena ini menjadi pekerjaan rumah bersama baik pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas beragama dan kerukunan antar umat beragama, sehingga memberikan suasana damai tanpa ada rasa permusuhan, kecurigaan, apalagi kebencian yang dapat memicu konflik antar umat beragama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun