Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nilai Nyaris Sempurna tapi Gagal Masuk PTN Favorit, Ada Apa dengan Sistem Seleksi Nasional Kita?

23 Juni 2025   20:00 Diperbarui: 23 Juni 2025   20:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Mahasiswa Sedang Ikut Ujian Masuk | Dok Foto telisik.id

Ribuan siswa berprestasi gagal masuk PTN favorit meski nilai mereka tinggi. Sistem seleksi nasional menyimpan banyak ketimpangan.

Zonasi prestasi dan kuota afirmasi seringkali tidak berpihak pada anak-anak unggulan dari sekolah unggulan.

Sistem Seleksi Nasional dan Kenyataan yang Tidak Semanis Janji


Tahun demi tahun, selalu ada cerita menyedihkan dari siswa yang telah berjuang keras, mendapatkan nilai nyaris sempurna, namun tetap gagal masuk PTN favorit. Tidak sedikit yang menangis, bingung, dan mempertanyakan: apakah nilai saja tidak cukup?

Sistem seleksi nasional seperti SNBP (berbasis prestasi) dan SNBT (berbasis tes) memang dirancang untuk menyaring siswa terbaik dari seluruh Indonesia. 

Namun realitanya, banyak anak-anak unggul tersingkir karena faktor teknis dan kebijakan yang kurang transparan.

Zonasi Prestasi: Niat Baik yang Masih Banyak Celah

Dalam SNBP, diterapkan sistem zonasi prestasi agar tidak hanya sekolah-sekolah favorit yang mendominasi penerimaan. Artinya, siswa dinilai berdasarkan peringkat di sekolah masing-masing. 

Kedengarannya adil. Tapi bagaimana jika siswa yang punya nilai 92 kalah dari siswa lain dengan nilai 88 hanya karena sekolah mereka masuk kategori berbeda?

Di sinilah letak persoalan. Banyak siswa dari sekolah unggulan justru dirugikan karena harus bersaing ketat dengan teman sekelas yang sama-sama hebat. 

Sedangkan di sekolah biasa, siswa dengan nilai sedang bisa lolos karena tidak banyak pesaing. Ketimpangan ini jelas memicu pertanyaan tentang keadilan dalam sistem zonasi prestasi.

Kuota Afirmasi: Solusi yang Perlu Dievaluasi Ulang

Kebijakan kuota afirmasi hadir sebagai bentuk keberpihakan pada kelompok rentan: siswa dari keluarga tidak mampu, daerah 3T, hingga difabel. Tapi dalam praktiknya, masih ada potensi penyalahgunaan.

Beberapa kasus memperlihatkan siswa dari keluarga mampu mengakses jalur afirmasi karena data ekonomi orang tua yang tidak diverifikasi ketat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun