Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak Abadi: Penjelajah Waktu di Momen Paling Indah Sejarah!

11 Juni 2025   21:45 Diperbarui: 11 Juni 2025   20:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Dok https://www.istockphoto.com/id/foto/explorer-ingin-membintangi-langit-di-malam-hari-gm980990480-266468839

Cerpen sastra yang mengajak kamu menyelami kedalaman eksistensi manusia di ambang batas waktu. Siapkah kamu terjebak dalam keindahan yang membelenggu, mempertanyakan makna kebahagiaan, dan menyaksikan perjuangan seorang ilmuwan jenius yang harus melarikan diri dari surga yang terlalu sempurna? Bersiaplah untuk sebuah petualangan imajinasi yang akan menguji batas antara nirwana dan penjara, serta memicu renungan tentang pilihan terberat dalam sejarah.

Teaser

Seorang ilmuwan jenius menciptakan mesin waktu, namun berakhir terjebak di detik paling indah manusia. Mampukah ia kabur dari "penjara kebahagiaan" tanpa merusak sejarah? Kisah epik yang akan mengubah pandangmu!

Senja Abadi di Taman Eden Tersembunyi

"Kebahagiaan, seperti fatamorgana, semakin dikejar, semakin sulit digapai. Namun, bagaimana jika kebahagiaan itu justru yang memenjarakan?"

Di antara gemuruh zaman dan desiran waktu, Professor Elara menemukan nirwana yang tak terduga. Bukan hamparan bintang atau galaksi baru, melainkan sebuah senja abadi di suatu tempat yang tak pernah tercatat dalam buku sejarah. 

Elara, dengan mesin waktu ciptaannya, Quantum Leap, mendarat di apa yang bisa disebut sebagai Taman Eden: sebuah padang rumput yang berdenyut dengan energi positif, di mana setiap embusan napas adalah melodi kebahagiaan. Langit selalu jingga keemasan, dihiasi awan-awan kapas yang memancarkan cahaya lembut. Suara tawa anak-anak bergema dari kejauhan, bercampur dengan bisikan kebijaksanaan dari para tetua yang bermata jernih. 

Di sini, tidak ada kesedihan, tidak ada duka, hanya ekstase murni.

Elara merasakan jantungnya berdebar, bukan karena ketakutan, melainkan karena getaran kebahagiaan yang melingkupi setiap selnya. 

Ini adalah momen paling indah dalam sejarah manusia, sebuah titik kulminasi kedamaian yang sempurna, yang tak pernah tercapai lagi. Ironisnya, tombol "kembali" di Quantum Leap-nya tak berfungsi. Mesin itu membeku dalam kebahagiaan abadi, seolah menolak untuk pergi dari surga ini. Awalnya, Elara menikmati setiap detik. Ia bergabung dengan tarian tanpa nama, berbagi makanan dengan orang-orang yang wajahnya memancarkan kebahagiaan murni, dan tidur di bawah naungan pohon-pohon raksasa yang daunnya berkilauan. Namun, seiring berjalannya "waktu"---yang di sini terasa stagnan---kebahagiaan itu perlahan berubah menjadi semacam belenggu. Monoton, tanpa tantangan, tanpa kerinduan. Sebuah penjara yang terbuat dari emas murni.

Bisikan Arsitek Waktu dan Konflik Antar Dimensi

Ilustrasi Foto Dok https://www.istockphoto.com/id/foto/konsep-perjalanan-waktu-gm909163324-250422084
Ilustrasi Foto Dok https://www.istockphoto.com/id/foto/konsep-perjalanan-waktu-gm909163324-250422084

"Hidup adalah serangkaian pilihan, bahkan ketika pilihan itu adalah antara kebahagiaan abadi dan kebebasan yang penuh risiko."

Dalam kegelisahan yang mulai merayap, Elara bertemu dengan Lyra, seorang wanita dengan mata setajam elang dan senyum selembut sutra, yang memperkenalkan dirinya sebagai "Penjaga Memori". Lyra bukan dari era ini, melainkan sesama penjelajah waktu yang terjebak di dimensi serupa puluhan tahun sebelumnya. "Kau juga?" bisik Lyra, sorot matanya menyiratkan pemahaman mendalam.

"Kebahagiaan abadi ini... ini adalah ujian terberat." Lyra menjelaskan bahwa tempat ini, yang mereka sebut "Titik Konvergensi Kebahagiaan", adalah sebuah anomali waktu yang menarik siapa pun yang secara emosional paling rentan terhadap keindahan absolut. "Kita terjebak di sini bukan karena mesin kita rusak, Elara, tetapi karena jiwa kita sendiri yang terpikat," jelas Lyra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun