Cerpen sastra yang mengajak kamu menyelami kedalaman eksistensi manusia di ambang batas waktu. Siapkah kamu terjebak dalam keindahan yang membelenggu, mempertanyakan makna kebahagiaan, dan menyaksikan perjuangan seorang ilmuwan jenius yang harus melarikan diri dari surga yang terlalu sempurna? Bersiaplah untuk sebuah petualangan imajinasi yang akan menguji batas antara nirwana dan penjara, serta memicu renungan tentang pilihan terberat dalam sejarah.
Teaser
Seorang ilmuwan jenius menciptakan mesin waktu, namun berakhir terjebak di detik paling indah manusia. Mampukah ia kabur dari "penjara kebahagiaan" tanpa merusak sejarah? Kisah epik yang akan mengubah pandangmu!
Senja Abadi di Taman Eden Tersembunyi
"Kebahagiaan, seperti fatamorgana, semakin dikejar, semakin sulit digapai. Namun, bagaimana jika kebahagiaan itu justru yang memenjarakan?"
Di antara gemuruh zaman dan desiran waktu, Professor Elara menemukan nirwana yang tak terduga. Bukan hamparan bintang atau galaksi baru, melainkan sebuah senja abadi di suatu tempat yang tak pernah tercatat dalam buku sejarah.Â
Elara, dengan mesin waktu ciptaannya, Quantum Leap, mendarat di apa yang bisa disebut sebagai Taman Eden: sebuah padang rumput yang berdenyut dengan energi positif, di mana setiap embusan napas adalah melodi kebahagiaan. Langit selalu jingga keemasan, dihiasi awan-awan kapas yang memancarkan cahaya lembut. Suara tawa anak-anak bergema dari kejauhan, bercampur dengan bisikan kebijaksanaan dari para tetua yang bermata jernih.Â
Di sini, tidak ada kesedihan, tidak ada duka, hanya ekstase murni.
Elara merasakan jantungnya berdebar, bukan karena ketakutan, melainkan karena getaran kebahagiaan yang melingkupi setiap selnya.Â
Ini adalah momen paling indah dalam sejarah manusia, sebuah titik kulminasi kedamaian yang sempurna, yang tak pernah tercapai lagi. Ironisnya, tombol "kembali" di Quantum Leap-nya tak berfungsi. Mesin itu membeku dalam kebahagiaan abadi, seolah menolak untuk pergi dari surga ini. Awalnya, Elara menikmati setiap detik. Ia bergabung dengan tarian tanpa nama, berbagi makanan dengan orang-orang yang wajahnya memancarkan kebahagiaan murni, dan tidur di bawah naungan pohon-pohon raksasa yang daunnya berkilauan. Namun, seiring berjalannya "waktu"---yang di sini terasa stagnan---kebahagiaan itu perlahan berubah menjadi semacam belenggu. Monoton, tanpa tantangan, tanpa kerinduan. Sebuah penjara yang terbuat dari emas murni.
Bisikan Arsitek Waktu dan Konflik Antar Dimensi
"Hidup adalah serangkaian pilihan, bahkan ketika pilihan itu adalah antara kebahagiaan abadi dan kebebasan yang penuh risiko."
Dalam kegelisahan yang mulai merayap, Elara bertemu dengan Lyra, seorang wanita dengan mata setajam elang dan senyum selembut sutra, yang memperkenalkan dirinya sebagai "Penjaga Memori". Lyra bukan dari era ini, melainkan sesama penjelajah waktu yang terjebak di dimensi serupa puluhan tahun sebelumnya. "Kau juga?" bisik Lyra, sorot matanya menyiratkan pemahaman mendalam.
"Kebahagiaan abadi ini... ini adalah ujian terberat." Lyra menjelaskan bahwa tempat ini, yang mereka sebut "Titik Konvergensi Kebahagiaan", adalah sebuah anomali waktu yang menarik siapa pun yang secara emosional paling rentan terhadap keindahan absolut. "Kita terjebak di sini bukan karena mesin kita rusak, Elara, tetapi karena jiwa kita sendiri yang terpikat," jelas Lyra.