Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dari Damaskus ke Mumbai: Eliza dan Langkah Berani Tanpa Peta

5 Juni 2025   08:12 Diperbarui: 5 Juni 2025   08:12 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teaser 

Dari Damaskus ke Mumbai: Eliza dan Langkah Berani Tanpa Peta

Di usia 19, Eliza Karaza meninggalkan rumah tanpa rencana, hanya membawa keyakinan dan hasrat berkarya. Kota Mumbai yang asing membentuknya ulang---dari gadis bingung jadi pendiri merek fashion global: Harakaat.

 Kisahnya viral, bukan karena glamor, tapi karena keberanian untuk tersesat dan menemukan diri.

Kisah Inspiratif Artis Suriah-Amerika di Mumbai

"Terkadang, yang paling kamu butuhkan dalam hidup bukan peta, tapi keberanian untuk melangkah tanpa tahu arah."

Pada usia 19 tahun, Eliza Karaza meninggalkan kenyamanan hidupnya di New Jersey dan terbang ke Mumbai tanpa rencana jelas. Ia tidak membawa koneksi, bukan lulusan sekolah mode, bahkan tak fasih berbahasa Hindi. Yang ia miliki hanyalah ketertarikan pada seni dan keyakinan bahwa jiwanya harus diselamatkan dari kehidupan yang terlalu rapi. Eliza mengaku, "Saya butuh kekacauan untuk menemukan kejujuran dalam diri saya."

Tahun-tahun pertama di India penuh tantangan. Ia tidur di sofa teman, bekerja serabutan di galeri seni lokal, dan mengajar tari untuk anak-anak. Namun di tengah kekacauan itu, Eliza menemukan satu hal yang tak ia temukan di negaranya: rasa terhubung. Ia melihat Mumbai bukan sebagai kota, tapi ruang spiritual yang membuatnya jujur pada luka, akar, dan harapan-harapannya yang tercecer.

Terkadang kita harus kehilangan arah untuk kembali menemukan siapa diri kita sebenarnya.

Menjahit Ulang Identitas Lewat Kain dan Gerakan

"Tubuh tak pernah berbohong, dan kain menyerap kisah lebih jujur daripada kata-kata."

Di sebuah studio mungil yang ia sewa di pinggiran Bandra, Eliza mulai menggabungkan dua hal yang mencintainya sejak kecil: kain dan gerak. Ia mulai merancang busana dari bahan bekas sari, dikombinasikan dengan narasi tari khas Timur Tengah yang ia ajarkan dalam kelas komunitas. Konsep itu kemudian ia beri nama Harakaat, bahasa Arab yang berarti "gerakan".

Tak butuh waktu lama hingga ide ini menarik perhatian kurator seni dan penggemar fashion etnik. Harakaat tidak hanya menawarkan busana, tapi juga cerita. Tiap potongannya mewakili lapisan identitas: seorang perempuan diaspora, pendatang, pelintas budaya. Eliza tak hanya mendesain pakaian, ia sedang menjahit ulang bagian dari dirinya yang tercerai.

Kadang, karya lahir bukan dari ingin pamer, tapi dari upaya menyatukan bagian-bagian jiwa yang tercecer.

Viral Bukan Tujuan, Tapi Bonus dari Kejujuran

"Orang-orang bisa membedakan mana yang dibuat untuk dikagumi, dan mana yang lahir dari kegelisahan jujur."

Salah satu video Eliza tentang filosofi di balik gerakan Harakaat menjadi viral di media sosial. Ribuan komentar membanjiri akun TikTok dan Instagram-nya. Banyak yang merasa terhubung dengan perjuangannya sebagai perempuan muda yang melawan stereotip, merayakan akar budayanya tanpa rasa malu, dan menciptakan ruang bagi ekspresi yang melampaui bahasa dan kebangsaan.

Namun Eliza tak larut dalam euforia. Baginya, viral bukanlah validasi, melainkan panggilan. Ia mulai membuka ruang belajar gratis bagi perempuan imigran di Mumbai, mengajarkan mereka menjahit, menari, dan menulis sebagai bentuk penyembuhan. "Kalau dulu aku mencari rumah, sekarang aku mencoba membangun rumah itu untuk yang lain," tuturnya.

Inspirasi sejati bukan ketika seseorang dikagumi, tapi saat ia memberdayakan yang lain untuk ikut berdiri.

Saatnya Kita Berani Melangkah Tanpa Peta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun