Banyak dari kita percaya bahwa bebas finansial itu soal bisa belanja tanpa mikir. Padahal, itu justru tanda paling awal bahwa kita belum bijak soal uang. Platform digital, influencer, dan iklan semuanya menyuruh kita "menikmati hidup selagi muda," tapi tak ada yang memberitahu bahwa tagihan datang tanpa peduli tanggal gajian.
Kita mulai terbiasa hidup dengan cicilan. Gaji yang habis sebelum akhir bulan bukan karena kebutuhan pokok, tapi karena utang digital. Sebagian dari kita bahkan punya lebih dari satu aplikasi paylater. Ironisnya, kita merasa "mapan" karena bisa bayar tagihan tepat waktu, padahal tak punya tabungan, apalagi dana darurat.
Paylater memang bukan musuh. Tapi ia bukan solusi jangka panjang. Ia semestinya jadi opsi terakhir, bukan gaya hidup. Yang salah bukan teknologinya, tapi cara ia ditawarkan dan kepada siapa ia ditargetkan. Etika bisnisnya patut dipertanyakan: kenapa generasi yang belum stabil finansial justru dibanjiri fasilitas kredit?
Reflektif Kolektif, Sahabat Kompasiana
"Kalau kamu hidup dari cicilan demi memenuhi gaya hidup, itu bukan kemerdekaan. Itu ketergantungan."
"Paylater bukan penyelamat, ia cermin. Ia memantulkan apa yang belum selesai dari cara kita memahami uang dan hidup."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI