Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Di Antara Tumpukan Kertas, Aku Mencari Manusia

27 Mei 2025   18:40 Diperbarui: 27 Mei 2025   18:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi editing canva

Setiap pagi, aku duduk di hadapan tumpukan CV. Mereka datang dari berbagai kota, dengan harapan yang sama: diterima, diakui, diberi kesempatan. Tapi di balik huruf-huruf dan angka IPK itu, aku selalu tahu---aku tidak sedang menilai kertas. Aku sedang menakar keberanian seseorang untuk bermimpi.

Tak semua yang hebat di atas kertas layak diterima, dan tak semua yang sederhana layak diabaikan. Ada CV yang ditulis dengan penuh percaya diri, tapi hampa makna. Ada pula yang ditulis dengan ragu-ragu, tapi menyimpan kisah perjuangan yang luar biasa. Sebagai HRD, tugasku bukan mencari yang sempurna, tapi yang bersungguh-sungguh. Yang mungkin tak banyak berkata-kata, tapi sudah lama diam-diam berjuang.

Karena sesungguhnya, CV terbaik bukan yang terlihat megah di mata, tapi yang terasa hangat di hati. Yang tak hanya menunjukkan siapa dia sekarang, tapi juga siapa dia ingin menjadi. Maka setiap kali aku memilih, aku memilih dengan hati. Sebab perusahaan kami tak sedang merekrut mesin, tapi manusia.

Bukan Sekadar Data, Tapi Cerita yang Bernapas

Setiap pagi, mejaku dipenuhi puluhan---kadang ratusan---CV. Ada yang tebal dengan lampiran sertifikat, ada yang sederhana hanya satu lembar. Tapi di antara tumpukan itu, yang paling aku cari bukan yang paling lengkap, melainkan yang paling jujur. Bukan yang paling cemerlang di atas kertas, tapi yang paling terasa hidup.

Karena bagiku, memilih CV bukan soal memilah angka IPK atau deretan prestasi. Aku mencari tanda-tanda kehidupan: kalimat yang ditulis dengan sungguh-sungguh, pengalaman yang tak dibesar-besarkan, kata-kata yang mencerminkan seseorang yang tahu siapa dirinya. Aku percaya, CV yang baik adalah cermin kecil dari perjalanan besar. Dan yang aku cari bukan tokoh utama yang sempurna, tapi manusia yang sedang terus belajar.

Ketika Cerita Lebih Bernilai dari Gelar

Aku pernah membaca CV seorang anak muda lulusan kampus biasa. Tak ada magang di perusahaan besar, tak ada lomba nasional. Tapi ia menulis di bagian "pengalaman organisasi" tentang bagaimana ia mengurus ibunya yang sakit sambil kuliah dan bekerja paruh waktu sebagai penjaga warnet. Ia menulisnya dengan kata sederhana, tapi aku bisa merasakan perjuangan itu keluar dari layar komputerkku.

Hari itu aku sadar, CV bukan cuma soal kualifikasi, tapi tentang ketulusan. Ada yang menulis lima halaman tapi tak memberi kesan apa-apa. Tapi ada yang menulis satu halaman, dan membuatku diam cukup lama. Bagi HRD seperti aku, nilai tak selalu datang dari gelar, tapi dari nilai-nilai yang melekat pada diri seseorang: tanggung jawab, ketekunan, kejujuran.

Jadi ketika aku membaca CV, aku membaca lebih dari sekadar dokumen. Aku membaca manusia. Aku bertanya dalam hati: jika orang ini duduk di ruang kerja kami, apakah ia akan tumbuh bersama kami? Apakah ia akan membawa energi yang baik, bukan hanya skill?

Mencari yang Tak Sempurna, Tapi Siap Bertumbuh

Aku tahu tak ada manusia yang sempurna. Bahkan aku, sebagai HRD, juga pernah gagal memilih. Tapi dari semua pengalaman itu, aku belajar satu hal: CV terbaik bukan yang mencoba tampil sempurna, tapi yang menunjukkan bahwa pemiliknya punya kerendahan hati untuk belajar dan berkembang.

Aku lebih memilih kandidat yang menulis, "saya belum mahir, tapi saya mau belajar," daripada yang mengklaim ahli dalam segalanya. Karena dunia kerja bukan tentang tahu segalanya sejak awal, tapi tentang kesiapan untuk belajar hal-hal baru setiap hari.

Jadi jika kau bertanya, bagaimana aku memilih CV yang baik? Maka jawabanku sederhana: aku memilih CV yang terasa jujur, yang menyimpan cerita, yang membuatku percaya bahwa orang di baliknya adalah seseorang yang akan bekerja dengan hati, bukan hanya otak. Karena perusahaan butuh lebih dari sekadar karyawan. Ia butuh manusia

Sumber : Zulkarnaen HRD senior 35 Tahun bekerja sebagai GM HRD di perusahaan multinasional menangani seleksi ribuan calon karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun