Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Banyak Orang Rela Berjibaku dengan Kemacetan demi Nataru?

29 Desember 2023   16:47 Diperbarui: 29 Desember 2023   17:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Banyak Orang Rela Berjibaku dengan Kemacetan Demi NATARU ?

Musim liburan alhasil menuai kemacetan, antrian panjang tak terelakan memadati ruas jalan di jalur destinasi wisata. Kemacetan yang tak dapat dihindari, terkecuali yang tahu seluk-beluk jalan-jalan tikus, meski tak jarang sua kembali di jalur utama dengan titik-titik kemacetan.

Namun meskipun di sana-sini terdapat kemacetan, dan bahkan terjebak di antara kemacetan yang ada. Walau letih berlama-lama duduk berada dibalik kemudi, lintasi jalur padat merayap.Seraya bertanya-tanya dalam hati "sampai kapankah kemacetan segera terurai?".

Musim liburan saatnya menikmati Quality Time bersama keluarga, menikmati sepotong harmoni dalam kepingan kebahagiaan jiwa. Dalam bingkai kebersamaan yang indah. Sebab kapan lagi memiliki waktu luang yang panjang.

Namun mengapa banyak orang rela berjibaku dengan kemacetan, lonjakan kemacetan yang parah sepertinya tak menghalangi guna berwisata, menikmati kebahagiaan jiwa yang sudah semestinya diraih. Nikmati beragam keseruan yang ditawarkan dari liburan.

Bermacet-macet di jalan adalah seninya sampai di tempat tujuan, yaitu nikmati liburan yang diidam-idamkan. Kelelahan di jalan akan terhapus dengan lingkaran keseruan yang tak putus.

Sembari dalam hati bersorak-sorai, di antara traveing dan healing. Menjejak bulir-bulir pasir pantai yang landai, membangun istana pasir, mengayuh kano memutari green canyon, lintasi jeram-jeram mendebarkan, aktivitas outbound berselimut keseruan, paralayang membuat raga melayang.

Menatap mangrove dalam deru segara meniup, menelisik benteng-benteng kolonial dalam bekap sunyi mengulang ingatan pada kota tua yang tak pernah diusap renta hanya debu masa. Menikmati santapan kuliner di sela bahagia melumer, serta dihibur dengan genjreng musisi jalanan yang ciamik.

AH NATARU... BAHAGIA MEMBIRU.

Jakarta, 29/12/2023
Hera Veronica Suherman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun